Sebagai orang tua, setiap kali ditanya tentang harapan - harapan mereka tentang anak mereka, maka jawabannya akan sama, menginginkan generasi penerus yang unggul.
Harapan ini bukan tanpa alasan tentunya, karena generasi yang unggullah yang akan mengangkat derajat para orang tuanya dan menyelamatkan mereka di kehidupan selanjutnya di akhirat kelak.
Kalau kita berbicara tentang bagaimana generasi yang unggul, maka landasan berfikir yang paling mendasar adalah mereka merupakan anak yang baik. Lalu anak yang baik yang seperti apa?, maka sederhananya adalah mereka yang mampu mengaplikasikan segala apa yang sudah diajarkan.
Pemikiran tidak berhenti sampai disini, untuk melahirkan anak yang baik yang mampu mengaplikasikan apa yang sudah diajarkan, maka diperlukan pola pendidikan yang baik pula. Nah, bila kita berfikir tentang pola pendidikan, maka pola pendidikan yang paling dasarlah yang akan menentukan hal itu. Dimanakah pola pendidikan dasar itu berada?. Jawabannya adalah di dalam keluarga. lantas sampai di situ ?, belum. Pengelola keluarga berperan besar dalam mendesain pola itu, siapakah mereka?, orang tualah desainer itu.
Sekarang kita akan fokus tentang pola-pola pendidikan mendasar yang perlu difahami para orang tua berdasarkan apa yang diajarkan Alloh SWT dan Rosul-Nya saw.
Kapankah Anak Mulai difahamkan ?
Kalau kita bahas tentang anak yang mampu mengaplikasikan segala yang telah diajarkan, tentunya mereka adalah anak yang mudah memahami pengajaran yang kita berikan. Namun pada kenyataannya, tidak semua anak mudah memahami pengajaran. Mengapa demikian?
Kebanyakan orang tua akan langsung menyalahkan kondisi anak, berbagai penilaian pun muncul, mulai dari kurang cerdas, kurang sehat, perkembangan lambat, dan banyak lagi penilaian negatif yang muncul.
Kalau kita ajukan pertanyaan kepada para orang tua, Kapankah anak mereka mulai faham terhadap sebuah perintah?
Maka jawabannya akan beragam, bahkan tidak menutup kemungkinan ada yang tidak faham. Padahal inilah faktor penentunya. Jangan-jangan kita setres karena anak tidak bisa faham bukan karena ketidakmampuannya untuk memahami, tetapi memang belum saatnya dia memahami.
Lalu, kapan saatnya anak mulai dapat memahami?
Di dalam ajaran agama, jawabannya sudah tertulis dalam Al-Qur'an dan Hadits, masa itu disebut Tamyiz.
Apa itu Tamyiz ?
Sebelum jauh kita bahas keterkaitan Tamyiz dengan masa memahami anak, ada baiknya kita fahami dulu apa itu Tamyiz.
1. Definisi tamyiz secara istilah:
" هو قوة في الدماغ بها تستنبط المعاني "
انظر المفردات للراغب الأصفهاني( ميز) ص ٤٩٥.
"Kekuatan daya pikir yang dengannya anak mampu menemukan dan menetapkan beberapa makna(perkataan)"
(lihat Al-Mufradat karya Ar-Raghib Al-Ashfahani halaman 495).
2.Tanda Tamyiz.
Para ulama telah memberikan pendapat yang beragam tentang tanda-tanda tamyiz.
Sebagian mereka ada yang berpendapat:
" المميز هو الذي يفهم الخطاب،ورد الجواب"
انظر تحرير التنبيه للنووي- كتاب الحج ص ١٥٣.
"Mumayyiz (seseorang yang telah tamyiz) adalah anak mampu memahami suatu pembicaraan dan mampu menjawab (pertanyaan) dari lawan bicaranya".
3. Apakah tamyiz dibatasi pada usia tertentu atau ditandai jika telah mencapai usia tertentu?
Telah terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama pada pembahasan ini.
Wallahu a'lam, pendapat yang terpilih adalah bahwa tamyiz tidak dibatasi pada usia tertentu. Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Imam An-Nawawi dan sebagian ulama dari kalangan Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah.
Berkata Al-Imam An-Nawawi:
" ولا ينضبط التمييزبسن بل يختلف باختلاف الأفهام"
انظر تحرير التنبيه للنووي - كتاب الجيم ،ص ١٥٣.
"Dan tamyiz itu tidaklah dibatasi pada usia tertentu akan tetapi usia tamyiz berbeda-beda sesuai dengan perkembangan pemahaman seorang anak"
(lihat Tahrir At-Tanbih karya An-Nawawi halaman 153).
Apa Hubungan antara Tamziy dengan Pola Pendidikan Paling Dasar ?
Salah seorang pakar Parenting Islam, Mohamad Fauzil Adhim menuturkan ...
“Orangtua mesti mengenal tahapan-tahapan pendidikan anak dengan baik, agar dapat mengukur apakah pendidikan yang diterapkan kepada anak telah sesuai atau terlalu jauh (dari ajaran Islam-Red),” terang pakar parenting, Mohamad Fauzil Adhim, dalam seminar parenting bertema “Tahapan Pendidikan Anak Berdasarkan al-Qur’an dan Hadits” yang diselenggarakan di SD Integral Hidayatullah, Cilodong, Depok, Jawa Barat.
Salah waktu dalam memberikan pemahaman kepada anak akan mengakibatkan susahnya anak memahami, dan terkadang akan menghasilkan penolakan dari sang anak. Namun, penolakan itu kadang membuat kita pusing, padahal penolakan anak tersebut tidak didasari oleh nafsunya, melaikan ketidakfahamannya.
Oleh karena itu, Fauzil juga menekankan pentingnya orangtua mengenali kapan seorang anak itu mencapai tamyiz.
“Apa tamyiz itu, kemampuan membedakan baik dan buruk, benar dan salah dengan akalnya. Bukan cuma tahu itu baik, bukan cuma tahu itu buruk. Melainkan membedakan. Itu artinya anak sudah bisa berpikir secara aktif untuk membedakan. Tamyiz ini berada pada rentang usia 2-7 tahun hingga 10 tahun, tetapi idealnya paling lambat usia 7 tahun,” urainya.
Kembali ke pertanyaan ... Apa Hubungan antara Tamziy dengan Pola Pendidikan Paling Dasar?
Jawabannya adalah, sangat penting, bahkan masa ini adalah masa emasnya anak-anak. Ketika orang tua faham kapan anaknya memasuki masa tamyiz, maka akan lebih mudah menyusun pola-pola yang akan diajarkan ke anak. Bahka, tidak sekedar pengajaran saja, sikap, pelayanan, sentuhan, teguran dan bahkan hukuman sekalipun dapat disesuaikan agar tepat sesuai tujuan yang ingin dicapai. Betapa banyak kita menerapkan hukuman ke anak justru membuat anak menjadi lebih jauh, bukan menjadi lebih faham, karena pesan dalam hukuman belum difahami sang anak.
Nah para orang tua, ayo kita identifikasi anak-anak kita, sudah tamyiz atau belum, bila sudah, pada tingkatan seberapa dia bisa memahami sebuah pesan, apakah sudah siap memahami pesan pendek atau pesan panjang, atau sudah sampai pada tingkat bisa memilah-milah benar dan salah?.
Sehingga kita bisa mengatur tempo komunikasi, pengajaran atau bahkan penekanan-penekanan nilai tertentu ketika memang dia sudah siap memahami hal itu.
Semoga cita-cita kita untuk melahirkan generasi unggul benar-benar diridhoi Sang Pencipta, Alloh SWT, dengan sebab mengikuti cara-cara yang telah Dia ajarkan melalui RosulNya saw. Aamiiin.
Oleh : Muhammad Muttaqin, S.Sos.I
Guru SMP Integral Hidayatullah Boarding School Palangka Raya
No comments:
Post a Comment
Komentar yang sopan dan bijaksana cermin kecerdasan pemiliknya