Assalamu'alaikum ... Selamat Datang ... Semoga Blog Ini Bisa Memberi Manfaat ... Jangan Bosan Untuk Kembali lagi ^_^

Sunday, September 25, 2011

10 Penemuan Muslim

Bismillah …

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia”. [QS. Al-Baqarah (2): 117]

Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. [QS. al-Hijr (15): 86]

Sesungguhnya manusia hanyalah ‘meramu’ alam yang merupakan ciptaan Allah subhanahu wata’ala.
Berikut tercatat 10 penemuan muslim dalam peradaban manusia.
Disadur dari sumber salinya http://english.pravda.ru/science/tech/85999-Muslims-0

1. Kopi

Cerita berawal dari seorang Arab bernama Khalid yang menggembala kambing-kambingnya di wilayah bernama Kaffa, Ethiopia Selatan. Ia mencatat bahwa hewan-hewan peliharannya mejadi lebih lincah setelah memakan biji-bijian tertentu. Selanjutnya dia merebus biji-bijian tersebut menjadi sebuah kopi yang pertama. Untuk pertama kalinya tercatat minuman berbentuk serbuk yang diekspor dari Ethiopia ke Yaman, dimana para Sufi biasa meminumnya agar bisa terjaga sepanjang malam untuk beribadah pada waktu-waktu tertentu. Pada akhir abad ke-15, bubuk kopi telah mencapai Mekah dan Turki, dan selanjutnya merintis jalan hingga ke Venica pada tahun 1645. Kopi dibawa ke Inggris pada tahun 1652 oleh seorang berkebangsaan Turki bernama Pasqua Rosee [see detail more] yang pertama kali membuka kedai kopi di Lombard Street di kota London. Pengucapan qahwa (kopi dalam bahasa Arab) akhirnya menjadi kahve (dalam bahasa Turki), selanjutnya menjadi caffé (dalam bahasa Italia) dan akhirnya menjadi coffee (dalam bahasa Inggris).

2. Catur

Bentuk formasi permainan catur telah lama dimainkan oleh bangsa India kuno, tetapi kita ketahui bahwa permainan ini sendiri telah dikembangkan hingga menjadi formasi sekarang ini di Persia. Dari tempat inilah permainan ini menyebar ke arah barat hingga ke Eropa - yang pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Moor (Muslim) di Spanyol pada sekitar abad ke-10 - dan menyebar ke timur hingga ke Jepang. Perkataan ‘rook‘ (benteng dalam permainan) catur sendiri berasal dari bahasa Persia ‘rukh‘, yang berarti kereta perang [chariot].

3. Parasut

Ribuan tahun sebelum masa Wright bersaudara, seorang penyair, astronomer, musisi dan teknisi muslim bernama Abbas ibn Firnas telah membuat beberapa percobaan untuk membuat mesin terbang. Pada tahun 852, dia melompat dari menara Masjid Agung di Cordoba dengan menggunakan mantel/jubah longgar yang dikeraskan dengan kayu penopang. Dia berharap dapat meluncur seperti burung. Tapi ternyata tidak. Tetapi jubah yang dia pakai memperlambat dia jatuh, yang menjadi ide pertama adanya parasut, sehingga dia hanay sedikit terluka. Pada tahun 875, dalam usia 70 tahun, dengan menggunakan bulu-bulu elang dan sutera yang sudah disempurnakan, dia mencoba lagi, melompat dari sebuah gunung. Dia berhasil terbang pada ketinggian dan bertahan di udara selama sekitar 10 menit tetapi mengalami kecelakaan sewaktu mendarat, hal ini disebabkan dia tidak melengkapi peralatannya dengan ekor sehingga dapat berhenti ketika mendarat. Baghdad International Airport dan lubang pada bulan menggunakan nama akhirnya.

4. Sampo

Bersuci dan mandi merupakan bagian kelengkapan ibadah Muslim, yang mendasari keinginan mereka membuat ramuan sabun yang masih kita gunakan hingga hari ini. Bangsa Mesir kuno telah memiliki sejenis sabun, yang digunakan oleh bangsa Romawi yang menggunakannya lebih sebagai minyak rambut. Berbeda dengan bangsa Arab yang telah mencampur minyak nabati dengan sodium hydroxide dan wangi-wangian seperti minyak thyme (semacam tumbuhan untuk pengharum makanan). Salah satu karakteristik penyerangan dalam perang salib, terhadap lubang hidung ksatria Arab, yang tidak mereka bersihkan. Sampo diperkenalkan ke Inggris oleh seorang Muslim dengan membuka Mahomed’s Indian Vapour Baths di pinggir laut Brighton pada tahun 1759 dan diangkat sebagai Shampooing Surgeon untuk King George IV dan King William IV.

5. Baju Perang Baja

Quilting merupakan suatu metode menjahit atau mengikat dua lapisan kain dengan selapis sejenis nahan penyekat (isolosi) diantara keduanya. Belum terlalu jelas apakah ini pertama kali ditemukan sendiri oleh kaum Muslim atau diadopsi kaum Muslim dari India atau China. Tetapi yang pasmti bahwa ini datang ke wilayah barat melalui perang salib. Mereka melihat ini digunakan oleh ksatria Muslim, yang memakai baju jerami yang dilapisi dengan kain kampas/terpal untuk menggantikan baju baja. Sebagai bentuk perlindingan diri, ini membuktikan dapat memberikan pelrindungan yang efektif dibandingkan baju baja pasukan salib dan merupakan bentuk penyekatan (isolasi) yang efektif - dan ini menjadi industri rumahan pada musim dingin seperti di Inggris dan Belanda.

6. Ilmu Bedah

Ada banyak peralatan bedah modern mempunyai desain yang persis sama dengan peralatan yang digunakan oleh ahli bedah Muslim pada abad ke-10 yang bernama al-Zahrawi. Peralatan tersebut seperti pisau bedah, pemotong (gergaji) tulang, gunting tang, gunting halus untuk bedah mata dan ada sekitar 200 peralatan bedah yang telah al-Zahrawi temukan yang diakui oleh ilmu bedah modern. Al-Zahrawi juga yang menemukan sejenis tali/senar khusus (dari usus hewan) yang digunakan untuk menjahit jahitan dalam untuk operasi bedah yang akan ‘menyatu’ secara alami (al-Zahrawi menemukan ini ketika seekor monyet menelan tali senar kecapinya) dan ini juga diterapkan pada pembuatan kapsul obat. Pada abad ke-13, seorang dokter Muslim lainnya bernama Ibn Nafis telah menggambarkan dengan jelas proses sirkulasi darah, 300 tahun sebelum William Harvey menemukan ini [detail]. Dokter-dokter Muslim juga yang menemukan metode pembiusan dengan menggunakan campuran opium dan alkohol dan mengembangkan sejenis jarum berongga untuk membuang katarak pada mata, suatu teknik yang masih digunakan hingga hari ini.

7. Sup

Ali ibn Nafi, terkenal dengan sebutan Ziryab (Burang Hitam), berasal dari Iraq datang ke Cordoba pada abad ke-9 dan memperkenalkan konsep three-course meal - soup, berupa ikan atau daging, yang dilanjutkan dengan buah-buahan dan kacang-kacangan. Dia juga yang memperkenalkan gelas kristal.

8. Pembayaran dengan Cek

Cek modern sekarang berasal dari istilah Arab ‘saqq‘, suatu janji tertulis untuk membayar sejumlah barang ketika barang tersebut telah dikirim, untuk menghindari membawa sejumlah uang dalam jumlah besar ketika melintasi daerah yang berbahaya. Pada abad ke-9, para pengusaha Muslim dapat menguangkan cek mereka di China yang telah disetujui oleh bank mereka di Baghdad.

9. Roket dan Terpedo

Meskipun orang-orang China yang menemukan bubuk mesiu, dan menggunakannya untuk kembang api mereka, tetapi bangsa Arab yang mengembangkan metode pemurniannya dengan menggunakan potassium nitrate untuk keperluan militer. Perangkat bom buatan ksatria Muslim ini menakutkan bagi ksatria Salib. Menjelang abad ke-15 kaum Muslim telah berhasil menemukan roket, yang mereka sebut “self-moving and combusting egg” [telur mudah terbakar dan dapat bergerak sendiri], dan juga terpedo - sebuah bom berbentuk buah pear yang dapat bergerak sendiri dengan sejenis tombak pada bagian depan yang mengarahkan ke kapal-kapal musuh dan kemudian meledak.

10. Kincir Angin

Kincir angin ditemukan pada tahun 634 untuk kalifah bangsa Persia dan dimanfaatkan untuk menggiling jagung dan mengalirkan air untuk irigasi. Sebagian besar gurun di wilayah Arab, ketika musim kering datang, sumber energi yang tersedia hanya udara yang bertiup stabil dan searah selama berbulan-bulan. Penggilingan dilengkapi dengan enam atau dua belas layar yang diselimuti kain atau daun palem. Ini terjadi 500 tahun sebelum kincir angin pertama terlihat di benua Eropa. [infokito]

Wallahua’lam

Tiga Ciri Orang Ikhlas

Oleh: Mochamad Bugi
From dakwatuna.com

Jika ada kader dakwah merasakan kekeringan ruhiyah, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati, hasad, perselisihan, friksi, dan perbedaan pendapat yang mengarah ke permusuhan, berarti ada masalah besar dalam tubuh mereka. Dan itu tidak boleh dibiarkan. Butuh solusi tepat dan segera.

Jika merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan menemukan pangkal masalahnya, yaitu hati yang rusak karena kecenderungan pada syahwat. “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46). Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi). Imam Al-Ghazali pernah ditanya, “Apa mungkin para ulama (para dai) saling berselisih?” Ia menjawab,” Mereka akan berselisih jika masuk pada kepentingan dunia.”

Karena itu, pengobatan hati harus lebih diprioritaskan dari pengobatan fisik. Hati adalah pangkal segala kebaikan dan keburukan. Dan obat hati yang paling mujarab hanya ada dalam satu kata ini: ikhlas.

Kedudukan Ikhlas

Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”

Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”

Fudhail bin Iyadh memahami kata ihsan dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.

Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”

Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”

Makna Ikhlas

Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.

Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.

Buruknya Riya

Makna riya adalah seorang muslim memperlihatkan amalnya pada manusia dengan harapan mendapat posisi, kedudukan, pujian, dan segala bentuk keduniaan lainnya. Riya merupakan sifat atau ciri khas orang-orang munafik. Disebutkan dalam surat An-Nisaa ayat 142, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Riya juga merupakan salah satu cabang dari kemusyrikan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?’” (HR Ahmad).

Dan orang yang berbuat riya pasti mendapat hukuman dari Allah swt. Orang-orang yang telah melakukan amal-amal terbaik, apakah itu mujahid, ustadz, dan orang yang senantiasa berinfak, semuanya diseret ke neraka karena amal mereka tidak ikhlas kepada Allah. Kata Rasulullah saw., “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.” (HR Abu Dawud)

Ciri Orang Yang Ikhlas

Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:

1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”

Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.

Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”

2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)

Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.

3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.

Para dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.


Ruh amal

Setiap hamba memiliki kemampuan dan kemauan dalam beribadah yang berbeda-beda. Ada yang rajin shaum senin-kamis- nya, ada yang khusyu dalam sholatnya, ada yang kuat dalam wiridnya, ada yang jujur dalam dagangnya, dan ada pula yang tekun dalam mempelajari ilmu. Tekun dan rajin beribadahnya seorang hamba adalah tanda tingkat ma’rifat kepada-Nya. Banyaknya amal ibadah seseorang juga merupakan tanda sifat ihsan dalam dirinya.
Sedangkan nilai ibadah seorang hamba di hadapan Alloh ditunjukan dengan ikhlasnya dalam beramal. Tanpa keikhlasan takkan berarti apa-apa amal seorang hamba. Sedekah dengan mewakafkan seluruh harta yang dimiliki, kalau sekedar ingin disebut dermawan, sama sekali tidak bernilai apapun. Bekerja siang malam, bersimbah peluh, berkuah keringat, demi menafkahi anak dan istri, kalau tidak ikhlas, maka tidak ada nilainya di sisi Alloh.

Ceramah agama dengan memberikan nasihat, mengemukakan dalil-dalil, kalau sekedar memamerkan kemampuan berbicara, kemampuan bahasa arab, dan memamerkan banyaknya hafalan Qur’an dan hadits, maka walau sampai berbusa sekalipun, tidak ada nilainya di sisi Alloh.
Sholat sunah berpuluh rakaat setiap hari, kalau sekedar ingin disebut sebagai ahli ibadah, ingin dipuji oleh mertua, pimpinan, maka sholatnya itu hanya sebagai gerakan-gerakan yang tiada arti dan tidak bernilai di hadapan Alloh.
Subhanalloh, sungguh beruntung bagi siapa pun yang amalnya selamat dari tujuan lain selain Alloh, yaitu seorang hamba yang amal-amalnya menjauhi motif-motif duniawi karena diniatkan ikhlas karena Alloh semata. Inilah derajat mukhlisin yaitu derajat hamba yang amal ibadahnya tegak dan kokoh dengan ikatan iman dan dilaksanakan dengan ikhlas. Karena dia menyadari bahwa ikhlas adalah ruh amal yang menunjukkan tegaknya iman.
Imam Ibnu Atho’illah dalam kitabnya Al hikam berujar, “ beraneka jenis amal yang nampak itu adalah karena beraneka ragam keadaan yang datangnya dari dalam hati seorang hamba. Beraneka ragam amal yang nampak itu merupakan kerangka yang tegak, sedang ruhnya adalah wujud rahasia ikhlas yang ada di dalamnya.”
Jelaslah bahwa nilai ibadah seseorang hamba yang dihadapan Alloh ditujukan oleh ikhlasnya dalam beramal. Seorang hamba ahli ikhlas akan dengan sungguh-sungguh berusaha untuk tidak menyertakan kepentingan pribadi ataupun imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi seorang hamba ahli ikhlas hanya satu, yakni bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Alloh Azza wa Jalla. Dengan kata lain, seorang hamba ahli ikhlas akan mengutamakan pandangan Alloh daripada pandangan manusia.
Berbuat amal ibadah bagi seseorang hamba ahli ikhlas adalah dengan menyembunyikannya dari pandangan manusia sebagaimana dia menyembunyikan keburukan-keburukan nya. Bahkan ikhlasnya seorang hamba ahli ikhlas akan nampak bahwa ia tidak melihat terhadap ikhlas itu sendiri. Sebab jikalau ia menyaksikan keikhlasan terhadap ikhlasnya, berarti ikhlasnya tersebut memerlukan keikhlasan lagi, subhanalloh.
Lawan ikhlas adalah isyrak, artinya bercampur dengan yang lain. Ibarat air, ikhlas adalah air bening yang muncul dari mata air pegunungan yang belum tercampuri walau oleh satu titik noktah pun zat lain yang ada di dalamnya. Ikhlas adalah bersih, bening, tanpa campuran sedikitpun. Suatu pekerjaan yang bersih dari maksud lain, maka pekerjaan itu telah dilakukan dengan ikhlas. Amal ibadah yang dilakukan hanya karena Alloh semata, itulah ikhlas.
Untuk menggapai derajat hamba ahli ikhlas, seseorang harus rela mengorbankan segala kepentingan yang sifatnya pribadi yang secara duniawi sepertinya dibutuhkan seperti harta, jabatan, ketenaran, dan lain sebagainya. Karenanya, sikap jujur, tulus, dan lurus, tidak dapat dipisahkan dari ikhlas. Jujur dalam berkata, tulus dalam beramal, lurus dalam berniat adalah buah hati yang ikhlas.
Berkata dusta, lain di bibir lain di hati adalah tanda kemunafikan. Mulutnya berkata, “semua ini saya lakukan karena Alloh…” padahal dalam hatinya bersarang keinginan untuk dipuji, keinginan untuk terkenal, keinginan untuk mendapat penghargaan, dan lain sebagainya. Orang yang berkata lain di bibir lain di hati, inilah golongan pendusta, naudzubillah.
Adapun bagi orang-orang yang telah sampai pada maqam ikhlas, maka keikhlasan ini akan membuat pribadinya lebih tenang, lebih kuat, dan lebih mantap. Keikhlasan menjadi lebih berani, kokoh, tegar, penuh dengan cahaya keindahan.
Sedangkan keikhlasan dalam beramal akan menjadikan amal tersebut terasa nikmat dan mudah, yang pada akhirnya membuat jiwa menjadi merdeka dan tidak diperbudak oleh apapun selain oleh Alloh. Tak dapat dipungkiri, hal ini memang karena ruhnya amal adalah ikhlas. Tanpa keikhlasan akan berat dan sia-sialah setiap amal. Oleh karenanya, keikhlasan adalah satu-satunya jalan pintas menuju ridha dan kasih sayang-Nya.
Rasululloh pernah berkisah, “manusia yangmula-mula akan ditanya di hari kiamat adalah tiga orang; pertama adalah orang yang diberi Alloh ilmu pengetahuan. Pada waktu itu Alloh Azza wa Jalla bertanya,”Apakah yang sudah kamu perbuat dengan ilmu yang engkau ketahui itu?”
Ia menjawab, “Ya Robbi, dengan ilmu hamba itu, hamba bangun di tengah malam (untuk sholat malam), lalu hamba berjaga di tepi siang (untuk mengajarkan ilmu kepada orang yang mendustakannya) .”
Alloh berfirman, “Engkau dusta!”
Malaikat pun berkata, “Engkau dusta!Engkau lakukan semua itu hanyalah supaya engkau disebut seorang alim.”Memang yang demikianlah perkataan orang terhadap dirinya.
Orang kedua adalah seorang laki-laki yang Alloh beri harta kekayaan, maka Alloh bertanya, “Engkau telah kami beri amanah harta, apakah yang sudah engkau perbuat dengan harta itu?”
Ia menjawab, “Ya Robbi, harta benda itu semuanya telah hamba sedekahkan pada tengah malam dan siang hari.”
Alloh berfirman, “Engkau dusta!”
Malaikat pun berkata, “Engkau dusta!” Engkau lakukan semua itu hanyalah supaya engkau dikatakan sebagai seorang dermawan.” Memang yang demikianlah yang dikatakan orang terhadap dirinya.
Orang ketiga adalah laki-laki yang terbunuh dalam perang mempertahankan agama Alloh, maka Alloh bertanya, “Apakah yang telah engkau kerjakan?”
Ia menjawab,”Ya Robbi, Engkau suruh hamba berjihad, maka pergilah ke medan peran, lalu hamba mati terbunuh.”
Alloh pun berkata,”Engkau dusta!”
Dan malaikat pun berkata, “Engkau dusta!Engkau lakukan semua itu hanyalah supaya dikatakan orang bahwa engkau gagah berani.”Memang yang demikianlah perkataan orang terhadap dirinya.
Setelah berkata demikian, “Rasululloh SAW melanjutkan, “Wahai Abu Hurairah, mereka itulah makhluk yang paling pertama merasakan api neraka jahannam di hari kiamat.”
Menjadi jelas kiranya, ternyata bukan perbuatan manusia yang berdusta, tapi tiang tegaknya, yaitu sikap ikhlas dalam amalnya. Bagi seorang hamba ahli ikhlas, apapun yang dilakukannya bebas dari selera rendah, berupa keinginan untuk dihargai, dipuji, dan dihormati. Konsentrasinya seluruh amalnya tertuju hanya kepada Alloh semata.

Wallohu 'alam bi showab


Monday, September 19, 2011

Tiga Nasehat Rasululloh

Oleh Gatot Pramono

Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua sehabatnya Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:

Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.” HR. Tirmidzi

Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari.

1- BERTAQWA DIMANA SAJA
Definisi dari kata taqwa dapat dilihat dari percakapan antara sahabat Umar dan Ubay bin Ka’ab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”
Sedang menurut Sayyid Qutub dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri atau halangan dalam kehidupan.
Kalau ada suatu iklan minuman ringan: “Dimana saja dan kapan saja …”, maka nasehat Nabi SAW ini menunjukkan bahwa kita harus bertaqwa dimana saja. Sedang perintah taqwa kapan saja terdapat dalam surat Ali Imron 102:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam

Jadi dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita. Taqwa dimana saja memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang dilakukan harus ekstra keras. Akan sangat mudah ketaqwaan itu diraih ketika kita bersama orang lain, tetapi bila tidak ada orang lain maka maksiyat dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, ketika kita berkumpul di dalam suatu majelis zikir, pikiran dan pandangan kita akan terjaga dengan baik. Tetapi ketika kita berjalan sendirian di suatu tempat perbelanjaan, maka pikiran dan pandangan kita bisa tidak terjaga. Untuk menjaga ketaqwaan kita dimanapun saja, maka perlunya kita menyadari akan pengawasan Allah SWT baik secara langsung maupun melalui malaikat-Nya.

2 KEBAIKAN YANG MENGHAPUSKAN KESALAHAN
Setiap orang selalu melakukan kesalahan. Hari ini mungkin kita sudah melakukan kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Oleh sebab itu, segera setelah kita melaksanakan kesalahan, lakukan kebaikan. Kebaikan tersebut dapat menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan.
Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk menghapusnya adalah dengan bersedekah. Rasulullah SAW bersabda “sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api”. Maka ada orang yang ketika dia sakit maka dia akan memberikan sedekah agar penyakitnya segera sembuh. Hal ini dikarenakan segala penyakit yang kita miliki itu adalah karena kesalahan yang kita pernah lakukan.
Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu dilakukan adalah memohon maaf yang bagi beberapa orang sangat sulit untuk dilakukan. Padahal Rasulullah SAW selalu minta maaf ketika bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi Maktum beliau memeluknya dengan hangat seraya berkata “Inilah orangnya, yang membuat aku ditegur oleh Allah… (QS. Abasa)”. Setelah minta maaf kemudian bawalah sesuatu hadiah atau makanan kepada orang tersebut, maka kesalahan tersebut insya Allah akan dihapuskan.

3- AKHLAQ YANG TERPUJI
Akhlaq terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak memiliki akhlaq tersebut akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaan api neraka. Dari beberapa jenis akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu diperhatikan adalah akhlaq terhadap tetangga.

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)

Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman.” Ada yang bertanya: “Siapa itu Ya Rasulullah?” Jawab Nabi: “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari)

Dari hadits tersebut, peringatan Allah sangat keras sampai diulangi tiga kali yaitu tidak termasuk golongan orang beriman bagi tetangganya yang tidak aman dari gangguannya. Maka terkadang kita perlu instropeksi dengan menanyakan kepada tetangga apakah kita mengganggu mereka.

Wallahua’lam bish showab.

Sunday, September 18, 2011

Tujuh Penghancur Keluarga

Di dalam mengarungi bahtera rumah tangga, akan selalu memiliki rintangan dan hambatan, bahkan ada rintangan dan hambatan yang menjadi penyebab kehancuran, dalam pandangan Psikofitrah ada tujuh penyebab kehancuran keluarga. Kehancuran keluarga ditengah masyarakat berarti juga kehancuran satu bangsa sebab keluarga adalah cermin dari satu bangsa. ada pun tujuh hal yang harus dihindari agar keluarga kita terhindar dari kehancuran adalah;

1. Akidah yang keliru atau sesat,
Misalnya mempercayai kekuatan dukun, magic dan sebangsanya. Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rationil, tetapi juga bisa menyesatkan pada bencana yang fatal.

2. Makanan yang tidak halalan thayyiba.
Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min alharam ahaqqu ila an nar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya.

3. Kemewahan.
Menurut al Qur’an, kehancuran suatu bangsa dimulai dengan kecenderungan hidup mewah, mutrafin (Q/17:16), sebaliknya kesederhanaan akan menjadi benteng kebenaran. Keluarga yang memiliki pola hidup mewah mudah terjerumus pada keserakahan dan perilaku menyimpang yang ujungnya menghancurkan keindahan hidup berkeluarga.

4. Pergaulan yang tidak terjaga kesopanannya (mendatangkan WIL dan PIL).
Oleh karena itu suami atau isteri harus menjauhi “berduaan”dengan yang bukan muhrim, sebab meskipun pada mulanya tidak ada maksud apa-apa atau bahkan bermaksud baik, tetapi suasana psikologis”berduaan” akan dapat menggiring pada perselingkuhan.

5. Kebodohan.
Kebodohan ada yang bersifat matematis, logis dan ada juga kebodohan sosial. Pertimbangan hidup tidak selamanya matematis dan logis, tetapi juga ada pertimbangan logika sosial dan matematika sosial.

6. Akhlak yang rendah.
Akhlak adalah keadaan batin yang menjadi penggerak tingkah laku. Orang yang kualitas batinnya rendah mudahterjerumus pada perilaku rendah yang sangat merugikan.

7. Jauh dari agama.
Agama dalah tuntunan hidup. Orang yang mematuhi agama meski tidak pandai, dijamin perjalanan hidupnya tidak menyimpang terlalu jauh dari rel kebenaran. Orang yang jauh dari agama mudah tertipu oleh sesuatu yang seakan-akan “menjanjikan” padahal palsu.

Oleh Agussyafii


Saturday, September 17, 2011

Tujuh Kebajikan Utama Kecerdasan Moral

Michele Borba, Ed.D dalam bukunya yang berjudul "Membangun Kecerdasan Moral" mengatakan bahwa kecerdasan moral terbangun dari tujuh kebajikan utama yang akan membantu anak menghadapi tantangan dan tekanan etika yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupannya di kemudian hari. Kebajikan-kebajikan utara itu yang akan melindunginya agar tetap berada di jalan yang benar dan membantunya agar selalu bermoral dalam bertindak. Dan semua itu dapat diajarkan, dicontohkan, disadarkan, serta didorong sehingga dapat dicapai sang anak. Adapun tujuh kebajiakan utama itu adalah sebagai berikut:

1. Empati, merupakan inti emosi moral yang membantu anak memahami perasaan orang lain. Kebajikan ini membuatnya menjadi peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, mendorongnya untuk menolong orang yang kesusahan atau kesakitan, serta menuntutnya untuk memperlakukan orang lain dengan kasih sayang. Emosi moral yang kuat mendorong anak bertindak benar, karena ia melihat kesusahan orang lain, sehingga mencegahnya melakukan tindakan yang dapat melukai orang lain.
2. Hati Nurani, merupakan suara hati yang membantu anak memilih jalan yang benar daripada jalan yang salah serta tetap di jalur yang bermoral; membuat dirinya merasa bersalah ketika menyimpang dari jalur yang semestinya. Kebajikan ini membentengi anak dari pengaruh buruk dan membuatnya mampu bertindak benar meski tergoda untuk melakukan hal yang sebaliknya. Kebajikan ini merupakan pondasi bagi perkembangan sikap jujur, tanggung jawab dan integritas diri yang tinggi.
3. Kontrol Diri, akan membantu anak menahan dorongan dari dalam dirinya dan berfikir sebelum bertindak, sehingga iya melakukan hal yang benar, dan kecil kemungkinan mengambil tindakan yang akan menimbulkan akibat buruk. Kebajikan ini akan membantu anak menjadi mandiri, karena ia tahu bahwa dirinya dapat mengendalikan tindakanya sendiri. Sikap ini membangkitkan sikap murah dan baik hati, karena anak mampu menyingkirkan keinginan memuaskan diri serta merangsang kesadaran mementingkan keperluan orang lain.
4. Rasa Hormat, akan mendorong anak bersikap baik dan menghormati orang lain. Kebajikan ini mengarahkan anak memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin orang lain memperlakukan dirinya, sehingga mencegah anak bertindak kasar, tidak adail dan bersikap memusuhi. Jika anak terbiasa bersikap hormat kepada orang lain, ia akan memperhatikan hak-hak serta perasaan orang lain; akibatnya, ia akan menghormati dirinya sendiri.
5. Kebaikan Hati, akan membantu anak mampu menunjukkan kepeduliannya terhadap kesejahteran dan perasaan orang lain. Dengan mengembangkan kebajikan ini, anak lebih belas kasih dan tidak terlalu memikirkan diri sendiri, serta menyadari perbuatan baik sebagai tindaka yang benar. Kebaikan hati membuat anak lebih banyak memikirkan kebutuhan orang lain, menunjukkan kepedulian, memberi bantuan kepada yang memerlukan, serta melindungi mereka yang kesulitan atau kesakitan.
6. Toleransi, membuat anak mampu menghargai perbedaan kualitas dalam diri orang lain, membuka diri terhadap pandangan dan keyakinan baru, dan menghargai orang lain tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya, kepercayaan, kemampuan, atau orientasi seksual. Kebajikan ini membuat anak memperlakukan orang lain dengan baik dan penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kafanatikan, serta menghargai orang-orang berdasarkan karakter mereka.
7. Keadilan, menuntun anak agar memperlakukan orang lain dengan baik, tidak memihak dan adil, sehingga ia mematuhi aturan, mau bergiliran dan berbagi, serta mendengar semua pihak secara terbuka sebelum memberikan penilaian apa pun. Karena kebajikan ini meningkatkan kepekaan moral anak, ia pun akan terdorong membela pihak yang diperlakukan secara tidak adil dan menuntut agar semua orang diperlakukan setara.

Friday, September 16, 2011

Kepemimpinan Islam

Hai orang-orang yang beriman, ta’aitilah Alloh dan taatilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (alQur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. 4. Annisaa:59)

Di dalam ayat tersebut, sebelum kata Alloh dan Rasul-Nya didahului kata ‘athi’u yang berarti taatilah, sedangkan sebelum kata ulil amri tidak disebutkan kata ‘athi’u. Menurut para mufassir itu merupakan isyarat bahwa keaatan kepada ulil amri itu sanat ditentukan oleh bagaimana ketaatan pemimpin itu kepada Alloh dan RasulNya. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya bersifat mutlaqoh (tanpa syarat), sedangkan ketaatan kepada ulil amri bersifat muqayyadoh (bersyarat). Pada masalah yang sama Rasululloh Sho1lal1ahu Alaihi Wa Sallam menetapkan sebuah kaidah ketaatan, dalam sabdanya: “la tha’atan lil makhluqin fi ma’shiyatil Khaliq”, artinya tiada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq (Alloh).

Kewajiban hidup dalam suatu tatanan dimana ada pemimpin dan ada yang dipimpin sangat jelas dalam Islam. Karena di dalam hadist yang lain Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:

Tidak halal (dibenarkan) bagi tiga orang muslim yang berdiam di suatu tempat, kecuali apabila mereka memilih dan mengangkat salah satu di antara mereka sebagai pemimpin.” (HR Abu Daud).

Dari ayat dan kedua hadist tersebut jelas bahwa memilih pemimpin adalah kewajiban agama yang tidak boleh diabaikan, dan partisipasi umat Islam dalam memilih pemimpin merupakan bagian dan ibadah kepada Alloh yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Selain itu bila ada 3 orang kaum muslimin berkumpul maka salah seorang wajib dijadikan pemimpin bagi mereka. Menurut lbnu Taimiyah, tujuan kepemimpinan adalah memperbaiki segi-segi duniawi yang sangat erat hubungannya dengan agama: pertama, membagikan harta antara siapa-siapa yang berhak menerimanya, dan yang kedua, menghukum orang-orang yang melanggar ketentuan undang-undang. Ummat Islam wajib memilih yang terbaik untuk melaksanakan kepemimpinan, dan Berdasarkan Al Qur’an, hadist, dan pendapat para ulama, seseorang dikatakan layak menjadi pemimpin jika memenuhi sepuluh muwashofat (karakter) berikut:

Pertama, salimul aqidah (bersih akidahnya):
Seorang pemimpin harus memiliki keimanan yang kokoh, bersih dari sifat-sifat syirik, dan menghukum dengan hukum yang tidak bertentangan dengan hukum-hukum Alloh . Kebersihan aqidah ditandai dengan keimanan yang kokoh terhadap rukun iman dan keyakinan kepada Tauhidulloh. Selalu mengikhlaskan niat dalam setiap tindak tanduknya.

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.(al baqoroh 177)

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (Qs annisa 36)

Kedua, shahihul ibadah (benar ibadahnya):
Seorang pemimpin harus menjalankan hidup dalam rangka ibadah, baik secara khusus maupun umum. Dia harus mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di Bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadha haji ke Baytullah. Karena dia wajib menjalankan kepemimpinannya sebagai bagian dari pengabdian, ketundukan, dan ketaatannya kepada Alloh Ta’ala, sehingga ia menjalankan kepemimpinan tersebut dengan ikhlas dan ihsan (professional), sebagaimana sabda Rosululloh Shollailahu Alaihi Wa Sallam “Sesunguhnya Allah mewajibkan ihsan terhadap semua urusan.”

Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? (Maryam 65)

Ketiga, matinul khuluq (kokoh akhlaknya):
Seorang pemimpin harus jujur (siddiq) dan menjadi qudwah atau contoh yang baik bagi rakyatnya. Dari segi moralitas Dia menjalankan kepemimpinan dengan penuh amanah, adil, hikmah , empati, tidak mengancam, menindas, dan menyakiti hati rakyat. Jangan jadi pemimpin ummat jika masih suka bermaksiat baik secara sembunyi-sembunyi apalagi terang-terangan.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Al ahzab 21)

Keempat, qadirun ‘alal kasbi (mandiri dan produktif):
Seorang pemimpin harus kompeten, mampu menunjukkan kreativitas dan potensi yang dimilikinya. Kalau pekerjaan kecil saja membutuhkan inovasi dan dinamisasi, apalagi pekerajan memimpin negara. Seharusnya dia memiliki inisiatif mensejahterakan dan memakmurkan rakyatnya dengan program-program ekonomi yang tepat.

(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Al anfal 53.)

Kelima, mutsaqaful fikri (luas pemikirannya):
Seoran9 pemimpin harus cerdas (fathonah), visioner memiliki wawasan yang luas, yang mencakup pengetahuan tentang administrasi negara. politik, hukum, dan agama. sehingga membuatnya mampu berijtihad terhadap kasus-kasus dan hukum-hukum. Dengan karakter mutsaqaful fikri ini juga seorang pemimpin harus komunikatif (tabligh), mampu menyampaikan ide dan gagasannya dapat difahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

Keenam, qowiyul jismi (kuat fisiknya):
Seorang pemimpin dituntut memiliki fisik yang kuat tida lamban, loyo, atau mudah ngantuk. Adalah kebiasaan Rosululloh Shollallahu Alaihi Wa Sallam jika beliau ingin mengangkat seseorang menjadi panglima perang, maka disuruhnya orang tersebut menjadi imam sholat dan melakukan khutbah. Karenanya tatkala Rosul Shollallahu Alaihi Wa Sallam menyuruh Abu Bakar tampil menjadi imam, maka kaum Muslimin mengangkatnya pula sebagai pemimpin perang. Imam sholat menunjukkan adanya jaminan moral, sedangkan pemimpin perang menunjukkan jaminan kekuatan fisik, keberanian dan ketegasan. Maka seorang pemimpin harus tegas dan berani menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.

Ketujuh, mujahidun Iinafsihi (bersungguh-sungguh mengendalikan dirinya):
Seorang pemimpin harus bersungguh-sungguh dan mampu mengendalikan hawa nafsunya, tidak otoriter, arogan, dan memaksakan kehendak kepada orang lain . Dia harus menjauhi sifat pemarah atau sifat egois (mementingkan din sendiri), selalu harus tertanam dalam dirinya bahwa ia merupakan “khodimul Ummah” (pelayan ummat).

40. Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
41. Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (an Naaziat)

Kedelapan, munazhamun fi syu’unihi (mampu menata semua urusannya):
Seorang pemimpin harus mampu mengatur semua urusannya dengan baik, mampu mengelola potensi anggota atau bawahannya, serta mampu bermusyawarah dengan baik. Pemimpin yang tidak mampu mengurus (memenej) akan menimbulkan kekacauan.

Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadist yang sudah sangat sering kita dengar mengatakan bahwa, "Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya" (H. R. Bukhari bab Ilmu).

Kesembilan, haritsun ‘ala waqtihi (mampu memelihara waktunya):
Seorang pemimpin harus mampu memelihara waktunya dengan efektif dan efisien, tidak lalai dan melakukan perbuatan yang mubazir. Pemimpin memberikan waktunya untuk kepentingan ummat dan bangsanya meskipun juga perlu menjaga keseimbangan waktu untuk diri dan keluarganya. Pemimpin yang sholeh dan efektif digambarkan Rosululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam sebagai “ruhbanun bil lail wa fursanun bin nahar”, seperti rahib di malam hari dan seperti penunggang kuda di siang hari

Kesepuluh, nafi’un Iighairihi (bermanfaat bagi orang Iain) :
Seorang pemimpin tidak boleh egois dan harus mementingkan kemaslahatan umat dan rakyat di atas kepentingan pribadi, keluarga atau kelompok, sehingga ia dicintai oleh rakyatnya. Dalam satu hadist Rosululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam bersabda:
“sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain.” Rasululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam juga menjelaskan bahwa salah satu kriteria pemimpin yang baik yaitu;
kalian mencintai mereka (pemimpin), dan merekapun mencintai kalian. Kalian mendo’akan mereka dan mereka pun mendo’akan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian pun membenci mereka, kamu melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian “.(HR Thabrani).


Thursday, September 15, 2011

Menuju Pintu Cerita-cerita

Oleh : Hermanto
from kumpulan Puisi

Aku berjalan menuju pintumu
Lalu kuketuk dengan lembut
Siapakah di luar ? Temanku atau Kekasihku ?”
tanyamu dari dalam.
“Aku adalah Temanmu”, sahutku
“Ini Aku bawakan cerita masa lalu dan sedikit masa depan kita”
Mari duduk di sampingku, ceritakanlah semuanya padaku“, pintamu.
Cerita-ceritapun mengalir dengan sederhana
sehingga wajahmu berubah ceria, tiba-tiba sedih
kemudian tertawa lagi untuk menangis kembali
hingga berulang pada akhirnya,
menyisakan pertanyaan di hati akan
kelanjutan sedikit cerita-cerita masa depan.
Esok aku akan datang kembali”, janjiku

Besoknya aku berjalan kembali menuju pintumu
Lalu kuketuk agak keras.
Siapa di luar ? Temanku atau Kekasihku ?”
tanyamu seperti kemarin.
Aku adalah Kekasihmu”, sahutku
Ini Aku membawa lanjutan panjang cerita-cerita masa depan kita
Masuklah dan duduklah di hadapanku, aku sudah tidak sabar mendengarnya”, pintamu.
Ceritaku-ceritakupun mengalir dengan sederhana
Dengan hanya sebaris kata :
Aku ingin kamu yang menjadi penyempurna dienku
Kamupun tersenyum lalu menangis
dan berkata : “Besok kamu tidak perlu menuju pintu ini, karena pintu ini telah menjadi milik kita
Besoknya kita bersama-sama menuju pintu penyempurna
dien karena inilah saatnya seperti cerita-cerita masa depan kita

Film Kekerasan dan Agresifitas Anak

Saat ini, pengaruh media terhadap anak sudah berada pada tahap menghawatirkan. Sebanyak 83 persen anak-anak di bawah usia 6 tahun menggunakan media layar. Kondisi ini dinilai oleh Psikolog anak sebagai keadaan yang mencemaskan dan perlu mendapat perhatian serius. Sebab selain mengurangi jam tidur yang berakibat mengganggu kesehatan, juga mempengaruhi psikologi mentalnya. “Bahkan anak-anak pra-sekolah menghabiskan minimal 4 jam setiap hari untuk menyaksikan tayangan televisi, DVD Player, Video Game, dan komputer”, kata Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara (USU), Prof. Dr. Chairul Yoel, SpA(K) pada seminar “Anak Perlu Diet Media” di hotel Garuda Plaza Medan, Sabtu (19/7). Dokter spesialis anak dan Konsultan ini menyebutkan, expose terhadap media memberi resiko kepada anak yang menjadi sensitif dengan kekerasan dan anti sosial. Pengaruh dan perkembangan anak usai menyaksikan tayangan media dengan kekerasan selama masa pra sekolah akan mengakibatkan psikologi anak tersebut menjadi keras dalam pergaulan.

Di Indonesia, belum ada penelitian khusus mengenai pengaruh tayangan kekerasan terhadap prilaku anak, ini tentu membuat semakin sulit untuk mengatakan bahwa tayangan televisi berpengaruh terhadap prilaku anak. Sementara itu, meski masih mengalami simpang siur, para peneliti luar sudah banyak yang menyimpulkan adanya korelasi (untuk tidak menyebut penyebab) antara tayangan kekerasan terhadap prilaku anak. Sebuah survai pernah dilakukan oleh Christian Science Monitor (CSM) pada tahun 1996 terhadap 1.209 orang tua yang memiliki anak umur 2 – 17 tahun. Terhadap pertanyaan seberapa jauh kekerasan di TV mempengaruhi anak, 56% responden menjawab amat mempengaruhi, sisanya, 26% mempengaruhi, 5% cukup mempengaruhi, dan 11% tidak mempengaruhi.
Hasil penelitian Dr. Brandon Centerwall dari Universitas Washinton memperkuat survai itu. Ia mencari hubungan statistik antara meningkatnya tingkat kejahatan yang berbentuk kekerasan dengan masuknya TV di tiga negara (Kanada, Amerika dan Afrika Selatan), fokus penelitian adalah orang kulit putih. Hasilnya, di Kanada dan Amerika tingkat pembunuhan di antara penduduk kulit putih naik hampir 100%. Dalam kurun waktu yang sama, Kepemilikan TV meningkat dengan perbandingan yang sejajar. Di Afrika Selatan, siaran TV baru diizinkan tahun 1975. Penelitian Centerwall dari tahaun 1975 – 1983 menunjukkan tingkat pembunuhan diantara kulit putih meningkat 130%. Padahal antara 1945 – 1974, tingkat pembunuhan justru menurun (Kompas, 20 Mei 1995).
Ada beberapa hipotesis yang dinyaakan oleh para ahli komunikasi yang dapat dijadikan patokan dasar, yaitu :

Hipotesis Katalis (Chatalis Hyipothesis) yang menyatakan bahwa menyaksikan tayangan kekerasan di televisi menyebabkan pengurangan dorongan agresif melalui ekspresi prilaku bermusuhan yang dialami orang lain. Hipotis Rangsangan (Stimulation Hypothesis) memprediksi bahwa menyaksikan tayangan kekerasan menyebabkan peningkatan dalam perilaku agresif yang sesungguhnya. Salah satu hipotesis ini adalah hipotesis menirukan atau mencontoh (Imitation or Modeling Hypothesis) yang menyatakan bahwa orang mempelajari perilaku agresif dari televisi dan kemudian memproduksi prilaku itu. Sebuah hipotesis yang sedikit berbeda adalah Hipotesis Kehilangan Kendali Diri (Disinhibition Hypothesis) yang menyatakan bahwa televisi menimbulkan rasa segan orang untuk berprilaku agresif terhadap orang lain. Apabila hipotesis ini benar, maka tayangan kekerasan di televisi mungkin mengajarkan norma umum bahwa kekerasan adalah cara yang dapat diterima untuk berhubungan dengan orang lain.

Centerwall, seorang ahli Psikologi kemudian menjelaskan, TV tidak langsung berdampak pada orang-orang dewasa pelaku pembunuhan, tetapi pengaruhnya sedikit demi sedikit tertanam pada si pelaku sejak mereka masih anak-anak. Denagan demikian ada tiga tahap kekerasan yang terekam pada penelitian, yaitu pada awalnya meningkatnya kekerasan diantara anak-anak, beberapa tahun kemudian meningkatnya kekerasan diantara remaja, dan pada tahun-tahun akhir penelitian dimana taraf kejahatan meningkat secara berarti, yakni kejahatan pembunuhan oleh orang dewasa. Penemuan ini sejalan dengan hasil penelitian Lembaga Kesehatan Mental Nasional Amerika yang dilakukan dalam sekala besar selama sepuluh tahun. ”Kekerasan dalam program televisi menimbulkan perilaku agresif pada anak-anak dan remaja yang menonton program tersebut”, demikian simpulnya. Sedangkan menurut Ron Solby dari uni versitas Harvard secara terinci menjelaskan, ada empat macam dampak kekerasan terhadap perkembangan keperibadian anak. Pertama Dampak agresor, yaitu dimana sifat jahat dari anak semakin meningkat. Kedua Dampak korban, yaitu dimana anak menjadi penakut dan semakin sulit mempercayai orang lain. Ketiga Dampak pemerhati, disini anak menjadi makin kurang peduli terhadap kesulitan orang lain. Keempat Dampak nafsu, yaitu meningkatnya keinginan anak untuk melihat atau melakukan kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan.
Seperti yang dikutip dari Kumpulan Artikel Psikologi Anak Intisari cetakan April 1999, kedua psikolog di atas memperlihatkan hasil penelitian yang mengagetkan yang dimulai 1960 pada 800 anak sekolah beerusia 8 tahun. Betapa tidak , anak-anak yang terlalu lama menonton acara kekerasan di televisi cenderung berperilaku agresif di kelas maupun di tempat bermain. Setelah anak-anak itu dimonitor sebelas dan 22 tahun kemudian, anak-anak yang sudah remaja (19) dan dewasa (30) itu jauh lebih agresif. Meraka membuat masalah-masalah yang lebih besar, termasuk kekerasan di dalam rumah tangga serta pelanggaran lalulintas, ketimbang rekan mereka yang kurang agresif karena tidak terlalu banyak menonton adegan kekersan di televisi. Menurut kedua psikolog itu, kendati seorang anak tidak agresif pada usia 8 tahun,tapi menonton acara kekerasan di televisi dalam jumlah cukup banyak akan menyebabkan perilaku lebih agresif pada usia 19 tahun dibanding dengan rekan-rekan sebayanya yang tidak menyaksikan adegan kekerasan di televisi.
Dalam kesaksian di depan kongres pada tahun 1992, Eron dan Huesmann mengatakan, kekerasan televisi mempengaruhi remaja dari segala usia, semua tingkat sosio-ekonomi dan intelegensi. “Tidak juga terbatas pada anak-anak yang memang sudah berwatak agresif, dan terjadi di mana pun”. Pendapat itu dikuatkan oleh komentar dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung (Unisba) Alva Handayani, S.Psi “Anak-anak , terutama yang masih usia sekolah dasar hingga kira-kira berusia 10 tahun memang suka meniru, sebab dilihat dari segi perkembangan kognitifnya, daya pilah/filter anak-anak seusia itu belum sempurna. Dengan begitu, mereka cebderung meniru mentah-mentah apa yang dilihatnya. Perilaku ini akan lebih berkembang tatkala di lingkungan teman-temannya muncul anggapan atau penilaian bahwa yang pintar berantem adalah yang jagoan. Maka anak cenderung akan melakukan sikap agresif, sebabnya hal itu suatu kebanggaan jika dia menang dalam berkelahi. Lagi pula, pola penyelesaian dengan perilaku agresif ini cenderung lebih mudah ketimbang dia harus mikir. Apalagi ketika marah energi seseorang akan lebih tinggi, maka energi tersebut disalurkan melalui perilaku tersebut” jelas Alva panjang lebar. Namun tambahnya, anak yang lebih cerdas akan bisa memilih mana yang sifatnya realitas dan khayalan.
Dari uraian di atas, dapat penulis tarik sebuah permasalahan penting bahwa walaupun di Indonesia belum banyak yang meneliti tentang besarnya pengaruh tayangan film kekerasan terhadap anak, namun bukan berarti hal itu kecil atau bahkan tidak ada, kita tidak boleh menutup mata dari kenyataan bahwa tayangan film kekerasan sangat mempengaruhi karakter anak, khususnya sikap agresif.

Wednesday, September 14, 2011

Terapi Air dan Manfaatnya

Saya pernah dapat sms dari kerabat tentang terapi air dan manfaatnya. Diyakini berdasar penelitian dan pengalaman, bahwa dengan meminum air putih pada waktu-waktu tertentu dan dengan takaran tertentu akan memaksimalkan efektivitas pada tubuh manusia.
Antara lain sebagai berikut:
Dua gelas air setelah bangun tidur akan membantu mengaktifkan organ-organ internal.
Satu gelas air 30 menit sblm makan utk membantu fungsi pencernaan & ginjal.
Satu gelas air sebelum mandi membantu menurunkan tekanan darah.
Satu gelas air sebelum tidur utk menghindari stroke & serangan jantung.
Nah, itu sedikit info, semoga bermanfaat.
Ayo Infokan tips ini kepada orang-orang yang kita sayangi.

Oleh Ikatan Dokter Indonesia
Published with Blogger-droid v1.7.4