Assalamu'alaikum ... Selamat Datang ... Semoga Blog Ini Bisa Memberi Manfaat ... Jangan Bosan Untuk Kembali lagi ^_^

Sunday, March 17, 2013

Kenapa Tidak Seperti yang Dulu

Suatu ketika Khalifah Ali ra ditanya oleh Muawwiyah ra; "Wahai Ali, dulu waktu masih Rosul saw, Abu Bakar ra, Umar ra dan Ustman ra rakyat kita taat, aman damai. namun mengapa ketika kepemimpinanmu keadaan seperti ini, sering ada gejolak dan sebagainya" Khalifah Ali pun menjawab: "Karena waktu mereka memimpin rakyatnya adalah aku, sedangkan ketika aku yang memimpin, rakyatnya adalah anda".

kadang kala saya sering mendengar para Ustadz dan Guru kami berucap "Kenapa santri kita tidak seperti kita dulu, ketaataan rendah, mentalnya lemah" Sebenarnya untuk menjawab itu kita perlu banyak menelaah faktor untuk bisa menemukan banyak solusi, dari banyaknya faktor itu stidakbya ada dua faktor besar yang melandasinya. Seperti pada cerita di atas, faktor itu adalah "siapa pemimpinnya" dan "siapa rakyatnya". Mungkin kita sering mendengar kwalitas guru-guru kita dulu ketika mereka santri, karena dididik oleh guru yang memiliki kwalitas yang lebih tinggi. Sedangkan kita sekarang dididik oleh guru kita yang tentunya tidak sehebat guru sebelumnya.

Kita harus ingat bahwa, semakin jauh ummat Islam dari masa Rosul saw maka kwalitas setarap sahabat akan semakin jauh. Demikian pula dengan kami ini, semakin jauh kami dari guru awal kami maka sudah tentu kwalitas akan semakin jauh berbeda. kecuali guru awal itu hidup lagi dan membimbing kami seperti beliau membimbing guru-guru kami. tapi itukan mustahil.

Nah, wahai para guru kami, jika kalian menginginkan kami sekwalitas dengan kalian, maka kalian pun harus meningkatkan kwalitas seperti kwalitas guru-guru kalian dulu. WalLohu'alam

Saturday, March 16, 2013

Senyuman Pagi Sang Guru

Seorang anak bercerita kepeda ibunya ... "Ibu, di sekolah adik tiap pagi selalu ada Pak Guru dan Bu Guru yang menunggu di depan pintu gerbang, mereka baik sekali, senyum dan memberi salam kepada adik waktu datang, adik jadi senang hehe ..." Demikian kurang lebih ceritanya. Kalau saja cerita sejenis ini bertaburan di semua anak-anak Indonesia, SubhanalLoh luar biasanya bias yang akan muncul dari para guru.

Banyak orang-orang hebat sering bercerita tentang jalan hidupnya, mulai dari kecil, masa sekolah, masa kuliah sampai dia sebegitu suksesnya. Biasanya selalu ada cerita menarik yang menjadi inspirasi hidup mereka sehingga mereka bisa luar biasa sukses. Ane pernah mendengar cerita seorang Trainer, beliau begitu terobsesi dengan Gurunya yang selalu menyambut mereka dengan senyum indah dan bersemangat, memberikan cerita-cerita motivasi yang membangun, dan Guru yang selalu menghadirkan kebahagiaan di tengah-tengah kelas.

Namun, tidak sedikit pula orang yang mengenang gurunya dari berbagai hal negatifnya, dari yang suka membentak, marah-marah, sering memukul dan mencubit dan sebagainya. Nah, sebagai seorang guru, tinggal memilih jadi seperti apa kelak kita akan dikenang murui-murid kita, tergantung seperti apa yang kita perankan sekarang.

Maka sangatlah penting bagi seorang guru untuk benar-benar mencintai dan menikmati profesi Gurunya tanpa ada tujuan duniawi yang akan merusak dirinya sebagai guru. Jadikan profesi itu ladang Jihad dan Ibadah, supaya pencapaiannya benar-benar maksimal dan luar biasa.

Tuesday, March 12, 2013

Dasyatnya Tidur Pagi

RosullulLOh saw bersabda ”Ya Allah, berkahilah bagi ummatku pada pagi harinya” (HR. Abu dawud 3/517, Ibnu Majah 2/752, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad shahih).

Ibnul-Qayyim telah berkata tentang keutamaan awal hari dan makruhnya menyia-nyiakan waktu dengan tidur, dimana beliau berkata : “Termasuk hal yang makruh bagi mereka – yaitu orang shalih – adalah tidur antara shalat shubuh dengan terbitnya matahari, karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga sekali. Terdapat kebiasaan yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan waktu tersebut dari orang-orang shalih, sampai-sampai walaupun mereka berjalan sepanjang malam mereka tidak toleransi untuk istirahat pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Karena ia adalah awal hari dan sekaligus sebagai kuncinya. Ia merupakan waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya keberkahan, dan darinya hari itu bergulir dan mengembalikan segala kejadian hari itu atas kejadian saat yang mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada saat seperti itu seperti tidurnya orang yang terpaksa” (Madaarijus-Saalikiin 1/459)

Sahabat netter sekalian, siapa sich yang tidak tahu tidur pagi ? bahkan mungkin sebagian besar dari kita sering melakukannya. Padahal itu tidak baik lho. Bagi ane ada beberapa dampak yang langsung bisa rasakan apabila kita melakukan perbuatan yang satu ini. Salah satunya yang paling terasa adalah "Membuat malas dan lemah seharian". Ini yang ane rasakan, entah kalau yang lainnya. Sangat berbeda rasanya, hari yang diawali tidur di paginya dengan yang tidak. Seakan-akan seharian terasa hampa, pasif dan susah untuk kretif, seperti ada sesuatu yang terlewatkan yang entah itu apa. Sehingga terasa uring-ringan dalam seharian. Wallohu'alam

Tuesday, March 5, 2013

Ayo Menegur

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa "Anak adalah Miniatur orang Dewasa", dalam artian "kurang lebih" bahwa anak merupakan makhluk kecil yang memiliki kedewasaan seperti orang dewasa. Sebenarnya ini pola pikir yang tidak sepenuhnya salah, namun kalau boleh saya luruskan, menjadi "Anak Adalah Miniatur Orang Cerdas", dalam artian "Kurang Lebih" bahwa anak merupakan makhluk kecil yang memiliki kecerdasan luar biasa. Kalau yang ini sudah banyak bukti logis dan empiris yang dapat dirasakan. Oleh karenanya, perlu kita sadari bersama, dikarenakan mereka "bukan orang dewasa" maka perlu banyak pengertian,pendampingan dan pembelajaran untuk mereka.jangan sampai justru terbalik, kita menjadi "Anak-anak Berbadan Dewasa" dikarenakan kita selalu beranggapan bahwa mereka selalu mengerti, selalu sadar seperti layaknya orang dewasa.

Untuk mengantarkan anak-anak kita menjadi orang dewasa yang sebenarnya, perlu sebuah tindakan nyata yang dilakukan setiap waktu sebagai alat kontrol ketika mereka menjalani kehidupan, tindakan yang menjadi apresiasi ketika mereka berbuat baik, dan pengingat ketika mereka membuat kesalahan. Tindakan sederhana itu adalah "Teguran".

Teguran merupakan tindakan sederhana yang sangan dibutuhkan oleh seorang anak. Teguran layaknya sebuah alarm yang selau mengingatkan dan sebuah kompas yang selalu mengarahkan.

Teguran juga sebagai evaluasi lapangan terhadap materi yang sudah diterima seorang anak dari orang tua dan gurunya. Sebagi contoh sederhana, bagaimana anak tahu bahwa "berkata kasar" itu kurang terpuji bila tidak ada yang menegur ketika mereka melakukannya, atau mereka sudah tahu tapi tetap dikerjakan dikareakan dia belum paham kalau yang dilakukan termasuk perkataan kasar.

Nah, disinilah peran teguran sebagai pengingat, pengawas dan pemberi pengertian. Apa jadinya ketika seorang anak memukul temannya dihadapan ayahnya, kemuadian sang ayah hanya diam saja, maka yang terjadi adalah anak akan menempatkan perbuatan itu dalam perbuatan yang boleh dan baik. Itu untuk memukul, bagaimana dengan perbuatan lain yang sudah disepakati itu sebuah pelanggaran.

Dalam Agama Islam pun diajarkan, apabila salah seorang diantara kita melihat kemungkaran maka kita punya kewajiban untuk memperbaiki dengan kemampuan yang kita miliki.

OLeh karenanya, sebelum anak-anak kita bermasalah Akhlaknya dalam kehidupan sosialnya, ayo kita tingkatkan ibadah mulia yang satu ini, Ayo menegur .... ayo menegur ... ayo menegur ... InsyaAllloh dengan sedikit "Teguran Bijaksana" dari kita untuk anak-anak kita setiap detiknya, mereka akan selalu terbimbing kemana pun mereka berada.

Wallohu 'alam

Saturday, March 2, 2013

Tingkatan Kwalitas Amal

Katakanlah, "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Alloh, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Alloh)
{QS Al-An'am (6) ayat 162-163}

Dalam melakukan usaha untuk mencapai derajat keikhlasan, manusia memiliki tingkatan kwalitas amal, antara lain;

Pertama adalah amal budak, yaitu mereka yang beramal karena takut kepada Alloh SWT. Motivasi awalnya adalah ketakutan kepada Alloh. Dikarenakan motivasi awalnya adalah ketakutan, maka akan sulit untuk mencapai kenikmatan beramal dan merasakan manisnya kecintaan kepada Alloh SWT. Yang ada adalah ketakutan dan ketidak tenangan hati jika mereka tidak melakukan amal tersebut.

Kedua adalah amal saudagar. KIta ketahui, saudagar adalah kelompok yang selalu mencari laba dan keuntungan, sehingga ini menjadi perumpamaan orang yang bekerja dengan selalu berharap akan pahala dan surga. Tidak salah memang, namun karena kesibukan akan dalam melakukan kalkulasi, sehingga akan sulit untuk menikmati amal itu sendiri.

Ketiga adalah, amal manusia bebas. Kelompok ini beramal untuk membuktikan syukur kepada Alloh SWT. Amal yang seperti ini akan menimbulkan rasa bahwa berbuat baik adalah sebuah kebutuhan primer, sehingga tanpa amal akan terasa seperti orang yang mau mati. dan sudah pasti apabila amal itu terpenuhi, maka akan seperti mendapatkan kehidupan kembali. Sungguh indah tingkat yang ketiga ini. Nah sekarang tinggalkita menempatkan diri kita pada tingkatan yang mana. Wallohu'alam