Assalamu'alaikum ... Selamat Datang ... Semoga Blog Ini Bisa Memberi Manfaat ... Jangan Bosan Untuk Kembali lagi ^_^

Sunday, August 30, 2009

Menjaga Hati, Lisan, Mata dan Telinga

Sumber Hidayatullah.com
Imam Al-Ghazali mengatakan, mereka yang selamat dalam Ramadhan jika berada dalam kategori khususul khusus atau al-Khawwas. Mereka menjaga telinga, mata, lisan, tangan dari maksiat

Jika ada yang bertanya, sudah berapa kali anda berpuasa Ramadhan? Tentu kita bisa menjawabnya dengan mudah. Tapi jika pertanyaan itu diteruskan, apa hasil puasa anda selama itu? Terhadap pertanyaan tersebut, biasanya kita sulit menjawab. Mengapa? Dibandingkan dengan hikmah dan fadhilah yang ditawarkan Ramadhan, rasanya terlalu sedikit yang telah kita capai.

Revolusi kejiwaan yang semestinya terjadi setelah kita berpuasa sebulan penuh hingga puluhan kali Ramadhan masih juga belum kunjung tercapai. Yang terjadi justru hanyalah rutinitas tahunan: siang hari menahan diri dari lapar dan dahaga, selebihnya tidak terjadi apa-apa.

Imam Al-Ghazali mengelompokkan kaum Muslimin yang berpuasa dalam tiga kategori. Pertama, mereka yang dikelompokkan sebagai orang awam. Kelompok ini berpuasa tidak lebih dari sekadar menahan lapar, haus, dan hubungan seksual di siang hari Ramadhan. Sesuai dengan namanya, sebagian besar kaum Muslimin berada dalam kelompok ini.

Kedua adalah mereka yang selain menahan lapar, haus dan hubungan suami isteri di siang hari, mereka juga menjaga lisan, mata, telinga, hidung, dan anggota tubuh lainnya dari segala perbuatan maksiat dan sia-sia. Mereka menjaga lisannya dari berkata bohong, kotor, kasar, dan segala perkataan yang bisa menyakiti hati orang. Mereka juga menjaga lisannya dari perbuatan tercela lainnya, seperti ghibah, mengadu domba, dan memfitnah. Mereka hanya berkata yang baik dan benar atau diam saja.

Dikisahkan dalam kitab Ihya-ulumuddin, bahwa pada masa Rasulullah saw ada dua orang wanita. Pada suatu hari di bulan Ramadhan, saat mereka sedang berpuasa, rasa lapar dan haus tak tertahankan lagi hingga hamper-hampir saja menyebabkan keduanya pingsan. Maka diutuslah seorang pria untuk menghadap Rasulullah saw untuk menanyakan, apakah mereka boleh membatalkan puasanya. Rasulullah saw tidak langsung memberi jawaban, akan tetapi beliau justru mengirimkan sebuah mangkok, kemudian berpesan kepada utusan tersebut: “ Muntahkan
ke dalam mangkok ini apa yang telah dimakan”.

Peristiwa ini nampaknya mengundang perhatian banyak orang. Mereka yang menyaksikan peristiwa itu sangat terkesima melihat salah seorang wanita itu memuntahkan darah segar dan daging lunak sebanyak setengah mangkok, wanita satunya lagi pun memuntahkan hal yang sama hingga mangkok tersebut menjadi penuh. Setelah itu Rasulullah bersabda: “Dua perempuan tadi telah merasakan apa yang oleh Allah dihalalkan bagi mereka dan telah membatalkan puasa mereka dengan melakukan hal-hal yang dilarang Tuhan. Mereka telah duduk bersama dan bergunjing. Darah dan daging segar yang mereka muntahkan adalah darah segar orang yang telah mereka gunjingkan”.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda: “Ada lima perkara yang membatalkan puasa, yaitu: berbohong, bergunjing, memfitnah, mengucapkan sumpah palsu, dan memandang dengan nafsu”.

Kelompok kedua ini juga bisa menjaga mata dari melihat segala sesuatu yang dilarang syari’at. Matanya tidak dibiarkan liar memandang aurat perempuan atau lelaki yang tidak halal, baik secara langsung, maupun melalui tontonan televisi, gambar dan foto. Mereka sadar bahwa mata adalah panahnya setan, jika dibiarkan liar maka mata itu bisa membidik apa saja dan nafsu manusia cenderung membenarkan dan mengikutinya. Tentang bahaya pandangan ini, Rasulullah mengingatkan: “Pengaruh ketajaman mata adalah hak. Bila ada sesuatu yang mendahului taqdir maka itu adalah karena pengaruh ketajaman mata”. [HR. Muslim]

Tak kalah pentingnya adalah menjaga telinga dari mendengar segala sesuatu yang menjurus kepada maksiat. Mereka yang termasuk kelompok ini tidak akan asyik duduk bersama orang-orang yang terlibat dalam perbincangan yang sia-sia. Termasuk perbuatan sia-sia adalah mendengar lagu-lagu yang syairnya tidak mengantarkannya pada mengenal kebesaran Allah. Mereka juga meninggalkan percakapan penyiar dan penyair yang menghambur-hamburkan kata tanpa makna.

Mereka segera meninggalkan orang yang sedang ghibah, apalagi memfitnah, karena mereka sadar bahwa orang yang mengghibah dengan orang yang mendengar ghibah itu sama nilai dosanya. Maka alternatifnya hanya dua, yaitu mengingatkan atau meninggalkan majelis tersebut.

Dalam hal ini Allah berfirman; “Maka janganlah kamu duduk bersama mereka sampai mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka”. [QS. An-Nisaa: 140]

Di bulan Ramadhan, kelompok ini juga menutup telinganya rapat-rapat dari segala suara yang dapat mengganggu konsentrasinya dalam mengingat Allah. Sebaliknya, mereka membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengar ayat-ayat suci al-Qur’an, mendengar majelis ta’lim, mendengar kalimat-kalimat thayibah, dan mendengar nasehat-nasehat agama. Ketekunan dan kesibukan menyimak kebaikan dengan sendirinya akan mengurangi kecendrungan mendengar sesuatu yang sia-sia, apalagi yang merusak nilai ibadahnya.

Selebihnya, mereka juga menjaga tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuhnya dari segala yang dilarang syari’ah. Mereka menjaga tangannya dari memegang sesuatu yang tak halal. Mereka juga mengendalikan kakinya dari melangkah ke tempat yang haram. Demikian juga terhadap perutnya, mereka menjaga agar perutnya hanya diisi makanan yang halal saja. Baik ketika sahur maupun pada saat berbuka puasa.

Dalam pandangan Islam, makanan haram itu sama dengan racun, sedangkan makanan halal itu adalah obat, jika diminum sesuai dengan porsi dan dosis yang tepat. Tapi jika jika dikonsumsi secara berlebihan, maka makanan itu bisa berubah menjdai racun yang sangat membahayakan kesehatan tubuh. Itulah sebabnya, orang-orang yang berpuasa secara benar terlatih untuk hanya memakan makanan dan minuman yang halal saja. Itupun dalam takaran dan dosis yang normal, tidak berlebih-lebihan. Mereka tidak akan berbuka puasa dengan cara makan dan minum berlebih-lebihan.

Jika kaum Muslimin berpuasa seperti puasanya kelompok yang kedua ini, sungguh akan terjadi perubahan social yang luar biasa. Antara sebelum dan sesudah Ramadhan pasti ada perubahan sikap, perilaku, dan tindakan yang khas. Jika perubahan itu dilakukan oleh sebuah masyarakat yang hidup dalam sebuah Negara yang bernama Indonesia, maka revolusi moral pasti terjadi secara nyata.

Tak perlu dibentuk Komisi Anti Korupsi, karena sudah tidak ada lagi pelakunya.
Sayang, untuk target minimal tersebut kita masih belum bisa melakukannya. Akibatnya, antara sebelum dan sesudah puasa tidak terjadi apa-apa. Yang sebelum Ramadhan merokok, sesudah puasa kembali merokok. Bila sebelum puasa korupsi, sesudah puasa, praktek itu diulangi kembali. Padahal jika target menjadi kelompok kedua ini tercapai, separoh permasalahan Negara dan bangsa bisa diatasi. Apalagi jika kita bisa mencapai target yang lebih tinggi, menjadi kelompok ketiga.

Adapun kelompok ketiga, menurut Al-Ghazali adalah mereka yang berada dalam kategori khususul khusus atau al-Khawwas. Mereka tidak saja menjaga telinga, mata, lisan, tangan, dan kaki dari segala yang menjurus pada maksiat kepada Allah, akan tetapi mereka juga menjaga hatinya dari selain mengingat Allah. Mereka mengisi rongga hatinya hanya untuk mengingat Allah semata-mata. Mereka tidak menyisakan ruang sedikitpun dalam hatinya untuk urusan duniawi. Mereka benar-benar mengontrol hatinya dari segala detakan niat yang menjurus pada urusan duniawi.[Hamim Tohari/www.hidayatullah.com]

Tuesday, August 25, 2009

Puasa itu Menyehatkan

www.hidayatullah.com
Tak seperti di Indonesia, di Belanda tak banyak ditemukan studi tentang Ramadhan dan puasa. Tapi kajian di Belanda, puasa tetap menyehatkan

Hidayatullah.com--Sudah disepakati bahwa puasa umat muslim tidak baik bagi kesehatan orang sakit. Tapi apakah baik bagi kesehatan secara umum? Atau ini hanya sekedar praktik agama yang tidak ada kaitannya dengan kesehatan?

Islam tidak memaksakan puasa, kecuali bagi orang muslim dewasa yang sehat. Pasien yang mengidap penyakit kronis dan hidup pendek, dibebaskan darinya.

Banyak cendekia hukum syariah mengatakan, puasa dilarang apabila merugikan kesehatan. Walaupun disepakati puasa tidaklah sehat bagi orang-orang sakit, tapi ada perbedaan pendapat mengenai manfaatnya bagi orang sehat.

Orang muslim mengatakan, Nabi Muhammad berkata: ''Berpuasalah supaya sehat". Sejumlah cendekia muslim berupaya mendapatkan dukungan dari dokter untuk membuktikan 'manfaat puasa bagi kesehatan'.

Banyak media yang mengalokasikan waktu siarnya setiap tahun untuk menyoroti manfaat puasa bagi kesehatan selama Ramadhan dan resiko kesehatan bagi mereka yang sakit apabila berpuasa.

Manfaat piskologis

Dokter Muhammad Alabdoni, Ketua Asosiasi Dokter Maroko Belanda, menolak keberadaan bukti ilmiah manfaat puasa Islam terhadap fisik, tapi ia mengatakan hal itu mungkin bermanfaat bagi kesehatan psikologis.

"Aspek positif berpuasa selama Ramadhan berkaitan dengan relaksasi yang timbul akibat sembahyang, yang meningkat selama bulan suci. Praktik pemujaan ini bisa memberi rasa rileks secara piskologis maupun fisik."

Di pihak lain, Dr. Alabdoni menjelaskan, puasa memiliki sejumlah dampak negatif terhadap kesehatan, tapi tidak menganggap hal itu 'merusak'.

"Dampak puasa terhadap orang sehat sangat terbatas. Dampak negatifnya adalah ketidaknyamanan, terutama di hari-hari awal puasa, seperti pusing, mual, ngantuk, dan sebagainya."

Menurut Alabdoni, apa yang dikatakannya itu adalah pendapat yang ada di kalangan profesi medis, setidaknya di Belanda. Ia mengakui, tidak ada studi ilmiah mengenai dampak puasa selama Ramadhan terhadap kesehatan, khususnya di Belanda.

"Studi-studi hanya ditujukan pada orang sakit, terutama pasien penyakit kronis. Ada banyak studi dalam bidang ini tapi mereka tidak memperhatikan dampaknya terhadap orang sehat."

Makan berlebihan

Dr Alabdoni belum pernah diminta media untuk berbicara mengenai dampak puasa selama Ramadhan, tapi ia biasanya menerima banyak pertanyaan dari kenalan mengenai dampak puasa terhadap kesehatan.

Ia menjelaskan, resiko yang muncul akibat gaya puasa populer, yaitu menghindari makanan dan minuman sepenuhnya selama siang hari dan makan besar sesudah buka puasa. Mereka yang bertanya padanya, mengaku menghadapi masalah ini selama Ramadhan, yaitu makan berlebihan dalam waktu singkat.

"Banyak orang setuju dengan saya ketika saya mengatakan puasa sekarang ini tidak membuahkan hasil seperti yang dimaksudkan oleh puasa Ramadhan. Mereka mengakui terlalu banyak makan gula dan lemak sesudah buka puasa, dan ini menyebabkan naiknya berat badan, bukannya mengurangi berat badan seperti yang diharapkan dalam puasa."

Mengomentari para dokter yang muncul di televisi Arab selama bulan Ramadhan, berbicara tentang manfaat puasa bagi kesehatan, Dr Alabdoni mengatakan, hak dokter bersangkutan apakah ia mau turut serta dalam acara televisi mengenai puasa.

Tapi, demikian tambahnya, harus ada pemisahan jelas antara profesi medis dengan profesi agama.

Thursday, August 20, 2009

Ayo Bertanya Kepada Diri

Assalamualaikum
Bulan Ramadhan sudah begitu dekat, terasa seperti sudah menampar wajah, bahkan ada yang merasa sudah dipelukannya, subhanalloh. Tapi ada yang masih merasa biasa-biasa saja, na'udzubillah. Sekarang coba tanyakan kepada diri kita masing-masing, bagaimana perasaan kita ketika datangnya bulan ramadhan, Bagaimana perasaanku ketika datang bulan Ramadhan

a. gembira
b. agak gembira
c. sedikit gembira
d. agak sedikit gembira
e. kadang-kadang gembira
f. biasa-biasa saja
g. biasa bercampur gembira
h. sedih
i. prihatin
j. meratap
k. lemah, letih, lesu
l. marah
m. sebel
n. kurang bersemangat
o. sedikit agak dongkol
p. opsi lainya ......

Wednesday, August 19, 2009

Merendah Diri Dalam Kebersamaan


oleh Hendi Burahman
http://www.hendiburahman.web.id
Setiap manusia dilahirkan sebagai pemimpin, terutama memimpin dirinya sendiri dalam menjalani kehidupan yang belum diketahui akhir keberlangsungannya. Sikap positiflah yang dapat menghindari pertanyaan kapan akhir dari keberlangsungan manusia untuk hidup, karena kehidupan ini adalah proses mencapai kehidupan yang hakiki tanpa adanya kenegatifan yang terjadi nantinya, maka wajarlah jika sang Maha Pencipta mengarahkan manusia untuk menjadi yang terbaik dengan menjadikan Al Qur'an dan Hadits sebagai undang-undang dalam menjalani kehidupan agar dapat menikmati kehidupan yang baik nantinya.

Salah satu sikap yang direkomendasikan dalam undang-undang tersebut adalah sikap merendah diri, merendah diri itupun harus karena Allah SWT dan bukan karena makhluk lainnya atau mengharapkan pujian dari orang lain yang pada hakikatnya pujian tersebut hanyalah milik Allah SWT. Merendah diri kepada Allah tidak akan menjadikan derajat manusia rendah dan hina dalam kehidupannya, bahkan sebaliknya yaitu akan mengangkat derajat manusia pada tingkat keridloan Allah, dalam artian sikap merendah diri adalah upaya pendekatan diri kepada Allah yang akan mendapat respon positif dari Allah, sebagaimana sabda Rasulullah saw.: "Siapa yang merendah diri kepada Allah, maka Allah akan mengangkat kedudukannya yang tinggi dan mulia" (Riwayat Abu Nu'aim)
Pada kenyataannya, masih banyak manusia yang lupa akan sikap merendah diri tersebut, bagi mereka merendah diri hanya kepada Allah dengan melakukan sholat saja, ternyata tidak. Merendah diri kepada Allah SWT adalah sikap yang tidak mengambil hak Allah sebagai Maha Pencipta, Maha Benar, Maha atas segala daya upaya di dunia dan akherat. Jadi manusia yang merendah diri tidak boleh merasa benar sendiri, sehingga dengan mudah memvonis orang lain salah, kafir, murtad dan lain sebagainya. Karena orang yang masih dalam proses menjalani kehidupannya bukanlah akhir dari segala perbuatannya, tidak menutup kemungkinan seiring dengan perjalanan waktu akan berubah dan lebih baik serta tidak menutup kemungkinan juga bagi yang merasa benar suatu saat akan lebih buruk dari orang yang dia vonis. Dapat diambil hikmah cerita seorang pelacur yang masuk surga? bertahun-tahun dia menjalani kehidupannya dengan penuh dosa dan menjadi hinaan masyarakat, akhirnya dengan waktu singkat ia mendapatkan surganya Allah karena keikhlasannya memberikan minuman kepada anjing yang kehausan. Tidak sedikit juga, orang yang merasa baik dan benar dalam beribadah tapi malah mendapatkan murka Allah SWT. Naudzubillahi min dzalik....

Bermacam-macam perbedaan dalam menyikapi hidup, tapi bukan berarti akhir dari hidup juga berbeda atau sebaliknya, tidak semua kesamaan manusia dalam beribadah kepada Allah akan memiliki kesamaan derajatnya dihadapan Allah. Maka, sebagai manusia yang tidak lepas dari kesalahan dalam bermuamalah, beribadah dan beraqidah kita dituntut untuk merendah diri kepada Allah dengan tidak semena-mena kepada orang yang memiliki perbedaan dengan kita, karena pada hakikatnya perbedaan adalah Rahmat dari Allah untuk menyatukan manusia dan saling menghargai satu sama lain alat pencapaiannya.

Semoga Bermanfaat..!!!

Lomba Blog Merah Putih Indonesiaku


Indonesia kini berusia 64 tahun. Telah banyak peristiwa dialami sebagai bangsa yang terus membangun ini. Bom JW Marriott, bom bali dan carut-marutnya dalam belajar berdemokrasi.

Namun sebagai orang indonesia, kita tetap bangga karena Indonesia mempunyai pulau-pulau eksotik yang keunikan budayanya tak ada duanya di dunia.

Pada ulang tahun kemerdekaan bangsa Indonesia itu, Blogdetik mengadakan lomba penulisan bertema "Bangga sebagai bangsa Indonesia". Hadiah yang bisa diperoleh adalah Blackberry, kamera digital dan juga merchandise dari blogdetik.

Syarat Peserta :
1.Tulisan menceritakan mengenai indonesia dari sudut pandang personal. Bisa menceritakan kecintaan mengenai suatu peristiwa, atau budaya atau produk yang membanggakan.
Atau bisa juga menceritakan kecintaan Anda ketika ikut merayakan pesta tujuh belasan, atau menyikapi kondisi indonesia zaman dulu sampai sekarang.
2.Tulisan harus original dan belum pernah di publikasikan di media manapun.
3.Peserta wajib memasang banner "merah putih indonesiaku" sebagai tanda keikutsertaan. Copy paste kode di link berikut ini ke widget anda.
Cara Pasang Banner bisa di klik di sini.
4.Memakai tag "merah putih indonesiaku di blogdetik" pada postingan
5.Keputusan Juri mutlak dan Tidak dapat diganggu gugat.
6.Peserta khusus menggunakan blogdetik.com (bagi yang belum mempunyai blogdetik silakan klik di sini
7.Tidak berlaku untuk keluarga besar Detikcom dan seluruh karyawannya
Cara Mengirimkan Tulisan:
1.Peserta harus mengirimkan url (alamat) tulisan ke email adminblog@detik.com dengan Subject: merah putih indonesiaku
2.Dalam email tersebut peserta mencantumkan:
* Nama
* Alamat
* Nomor telepon
3.Dengan mengirimkan email ikut serta pada kontes ini, peserta otomatis menyatakan kalau tulisan yang dikirimkannya adalah asli karya sendiri bukan merupakan hasil plagiat.
Kriteria Penjurian:
1.Pemenang adalah yang tulisannya inspiratif sesuai dengan tema lomba
2.Posting yang diikutkan harus dipublikasikan di blogdetik pada saat kompetisi sedang berlangsung, bukan posting yang sudah dibuat sebelumnya dan belum pernah dipublikasikan
3.Posting bisa berupa tulisan, gambar, atau foto
4.Artikel yang diikutsertakan wajib menggunakan bahasa Indonesia.
5.Isi artikel tidak berhubungan dengan periklanan internet, tidak mengandung unsur pornografi, tidak mengandung SARA.
6.Banyaknya jumlah komentar

Periode Lomba : 3 Agustus – 3 September 2009
Pengumuman Pemenang : 11 September 2009

Tuesday, August 18, 2009

Mengkader atau Mati !!!!!!!!!

Dalam kehidupan ini, merupakan suatu kewajiban adanya regenerasi.Tujuan intinya adalah bagaimana setiap yang ada di dunia ini memiliki penerus yang akan meneruskan setiap apa yang dibawa olehnya. Apalagi hal-hal tersebut merupakan suatu yang urgen. Sebagai contoh adalah visi-misi perjuangan kebaikan.

Tanpa adanya sebuah regenerasi, maka nilai-nilai luhur kebaikan itu akan mati. Itulah yang saya maksud "mengkader atau Mati". Kader sendiri memiliki pengertian adalah orang yang menjadi inti penggerak dalam sebuah pergerakan, baik itu bersifat pribadi maupun golongan. Mengkader berarti bagaimana kita punya sebuah usaha untuk melahirkan kader-kader penerus yang akan meneruskan setiap cita-cita mulia yang sedang kita pikul, apabila proses pengkaderan ini terputus, terhenti, alias macet, maka tunggulah saat-saat hilangnya nama dan cita-cita kita dari muka bumi ini.
Oleh karenanya, proses pengkaderan haruslah ada dalam agenda hidup setiap orang, apalagi bagi mereka-mereka yang memimpikan untuk memiliki umur yang panjang, (bukan hidup yang panjang lho, tapi lebih lama untuk diingat dunia) karena tanpa adanya kader penerus perjuangan, maka mustahil cita-cita akan ada yang meneruskan.
Salam perjuangan untuk perubahan......

Saturday, August 15, 2009

Anak Belajar Dari Pengalaman

Jika anak hidup dengan kritikan,
Ia belajar melawan.

Jika anak hidup dengan hostilitas,
Ia belajar berkelahi.

Jika anak hidup dengan ajekan,
Ia belajar merasa malu.

Jika anak hidup dengan dipermalukan,
Ia belajar merasa bersalah.

Jika anak hidup dengan toleransi,
Ia belajar bersabar.

Jika anak hidup dengan dorongan,
Ia belajar percaya diri.

Jika anak hidup dengan pujian,
Ia belajar menghargai.

Jika anak hidup dengan kejujuran,
Ia belajar adil.

Jika anak hidup dengan rasa aman,
Ia belajar mempercayai.

Jika anak hidup dengan persetujuan,
Ia belajar menyukai diri sendiri.

Jika anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan,
Ia belajar menemukan kasih sayang di dunia.

Monday, August 10, 2009

Ilmu Wajib Ramadhan

Sebelum kita melangkah memasuki bulan Ramadhan yang mulia, ada baiknya kita pelajari dulu segala bentuk peraturan dan segala hal yang berkaitan dengannya. Adapun ilmu yang wajib ada adal diri kta setidak-tidaknyasebagai berikut

1. Makna Puasa
2. Syarat syah puasa
3. Pembatal Puasa
4. Perusak puasa
5. Amalan wajib Ramadhan
6 Amalan sunnah Ramadan

Yaa setidaknya enem poin itu dulu, tidak usah banyak-banyak bila nantinya juga tidak teramalkan, ayoooooooo dicari.................


10 Langkah sambut Ramadhan

Bulan Ramadhan sebentar lagi, bahkan hawanya sudah terasa, apa yang harus kita lakukan untuk menyambut tamu mulia ini. Nabi saw memiliki 10 amalan sambut Ramadhan, apakah itu, inilah dia:
1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)

Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.
2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.
3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).
Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.
4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.
5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]
6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.
7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]
8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.
9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:
• buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.
• membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.
10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.