Assalamu'alaikum ... Selamat Datang ... Semoga Blog Ini Bisa Memberi Manfaat ... Jangan Bosan Untuk Kembali lagi ^_^

Saturday, July 18, 2009

Susah Juga Jadi Pemimipin

Hai netter sekalian, hampir 90% posting blog ini memang bertemakan leadership yang dalam bahasa kita disebut ilmu kepemimpinan. Sengaja memang hal itu dilakukan, karena blogernya sendiri memang sangat menggemari ilmu kepemimpinan. Cie...cie... promosi nih ceritanya he..he...he...., enggak kok, cuma beriklan.....
Walaupun banyak memposting tema kepemimpinan, bukan berarti si bloger pemimpin sejati lho, iya apa iya...????

Beberapa waktu lalu, ada pengalaman baru yang dilalui blogger, apa itu ?, ya apalagi kalau bukan yang berkaitan dengan leadership. Blogger diamanahi sebagai ketua asrama anak yang selama ini blogger tempati. Wuih... seru.... Seru apanya, ini nie baru tahu rasa jadinya, bloger harus bisa mengamalkan apa yang selama ini selalu keluar dari otak blogger yang diposting di jurnal taqin. "Akhirnya aku jadi pemimpin benerah ha... ha... ha...." demikian mungkin suara yang keluar dari dalam lubuk hati si blogger. Eit.. tunggu dulu, setelah beberaa hari baru terasa, ternyata "susah juga jadi pemimpin" ini terbukti ketika kita dituntut untuk bisa menguasai rakyat sekaligus juga kita harus tahu apa isi hai mereka, sehingga setiap ada kebijakan yang akan dikeluarkan, tidak berbenturan dengan hati nurani rakayatnya (bukan selogan politik lho...), yang hasilnya tentu adalah, bagaiman kebijakan diterima, dan hati rakyat juga gembira dan antusias. Nah maka dari itu, marimkita belajar jadipemimpin sejak dini. Agar nantinya tidak ada lagi muncul ungkapan "susah banget jadi pemimipin"

Monday, July 6, 2009

Kriteria Pemimpin Sejati

Bila kita berbicara tentang apa saja dan seperti apa kriteria pemimpin yang sejati, Islam sudah punya setandar umum. Seperti yang tergambar dalam falsafat sholat berjamaah yang insyaallh kita laksanakan lima kali dalam sehari itu. Apakah itu, mari sama-sama kita lihat apa saja kriteria itu.

Dalam sholat berjamaah, terdapat begitu banyak nilai dan ilmu yang dapat dipetik untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini coba kita angkat tentang kriteria pemimpin sejati. Antara lain akan saya coba ankat tiga kriteria, yaitu :
1. Berada di depan
Dalam hal ini, seorang pemimpin hendaklah selalu berada di depan dalam segala hal, karena ia merupakan publik figur yang menjadi tauladan bagi masyarakat yang dipimpinnya. Merupakan hal yang lucu bila seorang pemimpin memerintahkan masyarakatnya untuk riku' dan sujud sedangkan dia sendiri masih berdiri.
2. Menerima bila diingatkan
Salah satu sifat pemimpin sejati adalah keterbukaan terhadap koreksi dari masyarakatnya, contohnya bila tiba-tiba imam lupa gerakan, maka ma'mum menegur dengan cara yang sudah ditetapkan oleh syar'i
3. Mengikuti Syariat Alloh
Hal ini merupakan sebuah keharusan yang mutlak. Merupakan hal yang mustahil bila seorang imam tiba-tiba menambah gerakan dalam sholat, maka dikhawatirkan akan diikuti oleh ma'mum-ma'mum yang awam.

Itulah sedikit yang bisa saya terangkan, Saya yakin para pembaca masih lebih pintar dan lebih banyak lagi yang mengetahui apa-apa yang tidak saya ketahui. Silahkan dikomentari...


Friday, July 3, 2009

Konsisten Dalam Berjuang

Oleh: Dr. Abdul Mannan
www.hidayatullah.or.id
Misi Mujahid dakwah adalah amar ma’ruf nahyi munkar, menegakkan kebenaran dan menghindari kemungkaran, di mana pun berada dan bagaimanapun keadaannya. Menyuruh berbuat baik jelas tidak ringan, apalagi mencegah berbuat munkar, jauh lebih berat lagi. Konsistensi dan teladan seorang mujahid dakwah jelas dituntut, baik di rumah tangganya sendiri, di tengah masyarakat, di hadapan penguasa Negara, dan di teratak pertarungan ideology. Dahsyat memang! Tapi semua itu harus ia jalankan demi memperoleh ridha dari Sang Penguasa Langit dan Bumi. Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT).

Kata seorang sufi kepada anak didiknya, “Engkau lebih baik di benci oleh semua makhluk di alam semesta dari pada di benci Allah SWT. Bagitu pula engkau lebih mulia di cintai Allah SWT dari pada di cintai makhlluk yang durhaka.”

Pekerjaan dakwah akan diridhai Allah SWT jika didasarkan atas niat karena Allah SWT. Mulai dari memungut sampah di teppi jalan, hingga menegakkan Khilafah Islamiyah. Semua itu dakwah. Itulah peradaban Islam.

Jika dakwah didasari atas dimensi peradaban Islam seperti itu akan mudahlah mencerna ajaran-Nya. Bukan gontok-gontokkan antara umat Islam sendiri. Gontok-gontokkan sesame Muslim bukanlah perangai Islami. Justru akan mencoreng nama baik ajaran Ialam yang mulia.

Dulu, Islam dipentaskan oleh pelaku peradaban Islam angkatan pertama, yaitu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa SAllah (SAW) bersama para sahabatnya, dengan perilaku yang berdab berkat sentuhan iman. Kini, keberadan umat Islam marginal dan semua aspek.

Mengapa marginal? Ini terjadi karena umat Islam yang indah dan mempesona. Lunak dalam penampilan, tegar dalam pendirian. Sayangnya, semua itu sudah pudar dari diri umat Islam. Terjadi banya faksi dalam tubuh kaum Muslim sebagai konsekuensi pudarnya keyakinan.

Sudah waktunya umat Islam bangkit. Dari mana memulainya dan apa patokannya? Jika patokannya dimulai sejak wafatnya rasulullah SAW, lantas di beri nama apa peradaban terseut? Bukankah peradaban itu dibangin atas dasar ide yang turun dari langit? Bukankah semua pakar peradaban, baik yag bertolak dari pemikiran religi hinggga sekuler, sepakat bahwa peradaban itu di bangun dari ajaran agama?

Dalam hal ini, Hidayatullah telah menetapkan bahwa membangun peradaban Islam dimulai sejak turunya wahyu pertam (al-Alaq). Al- Alaq mengandung metodologi ajaran “kesadaran” akan ber-tuhan dengan benar dan menyadarkan bahwa diri manusia itu penuh limitasi. Oleh karena itulah peradaban Islam dibangun atas dasar ajaran tauhid yang terus menurunkan segala aspek aturan hidup dan kehidupan.

Metode kesadaran yang dieksplorasi dari wahyu pertama ini melahirkan manusia ulung dan agung sepanjang sejarah keumatan. Para sahabat sebagai inner circle mendapat predikat ‘asyaratul kiram (sepuluh sahabat mulia) yang dijamin masuk surga tanpa hisab setelah itu empat puluh sahabat yang lain, dan seratus lima belas sahabat yang lain lagi.

Kader inti Rasulullah Saw tersebut merangkai kekuatan antara Mujahidin (dari Makkah) dan Anshar (penduduk madinah) untuk menjadi satu kekuatan di bawah komando Rasulullah Saw. Kekuatan ini terbukti mampu membebaskan Makkah dari kesyirikan.

Kekuatan ini muncul dari kajian wahyu yang pertama yang refleksinya memancar pada kekuatan spiritual yang di bangun melalui qiyamul lail, tartitul Qur’an, dan dzikir yang kontinyu. Tiga sarana pemberdayaan spiritual ini melahirkan jiwa yang sabar (konsisten) dalam berjuang, hijrah, dan tawakal.

*Sahid Juni 2009