oleh Hendi Burahman
http://www.hendiburahman.web.id
Setiap manusia dilahirkan sebagai pemimpin, terutama memimpin dirinya sendiri dalam menjalani kehidupan yang belum diketahui akhir keberlangsungannya. Sikap positiflah yang dapat menghindari pertanyaan kapan akhir dari keberlangsungan manusia untuk hidup, karena kehidupan ini adalah proses mencapai kehidupan yang hakiki tanpa adanya kenegatifan yang terjadi nantinya, maka wajarlah jika sang Maha Pencipta mengarahkan manusia untuk menjadi yang terbaik dengan menjadikan Al Qur'an dan Hadits sebagai undang-undang dalam menjalani kehidupan agar dapat menikmati kehidupan yang baik nantinya.
Salah satu sikap yang direkomendasikan dalam undang-undang tersebut adalah sikap merendah diri, merendah diri itupun harus karena Allah SWT dan bukan karena makhluk lainnya atau mengharapkan pujian dari orang lain yang pada hakikatnya pujian tersebut hanyalah milik Allah SWT. Merendah diri kepada Allah tidak akan menjadikan derajat manusia rendah dan hina dalam kehidupannya, bahkan sebaliknya yaitu akan mengangkat derajat manusia pada tingkat keridloan Allah, dalam artian sikap merendah diri adalah upaya pendekatan diri kepada Allah yang akan mendapat respon positif dari Allah, sebagaimana sabda Rasulullah saw.: "Siapa yang merendah diri kepada Allah, maka Allah akan mengangkat kedudukannya yang tinggi dan mulia" (Riwayat Abu Nu'aim)
Pada kenyataannya, masih banyak manusia yang lupa akan sikap merendah diri tersebut, bagi mereka merendah diri hanya kepada Allah dengan melakukan sholat saja, ternyata tidak. Merendah diri kepada Allah SWT adalah sikap yang tidak mengambil hak Allah sebagai Maha Pencipta, Maha Benar, Maha atas segala daya upaya di dunia dan akherat. Jadi manusia yang merendah diri tidak boleh merasa benar sendiri, sehingga dengan mudah memvonis orang lain salah, kafir, murtad dan lain sebagainya. Karena orang yang masih dalam proses menjalani kehidupannya bukanlah akhir dari segala perbuatannya, tidak menutup kemungkinan seiring dengan perjalanan waktu akan berubah dan lebih baik serta tidak menutup kemungkinan juga bagi yang merasa benar suatu saat akan lebih buruk dari orang yang dia vonis. Dapat diambil hikmah cerita seorang pelacur yang masuk surga? bertahun-tahun dia menjalani kehidupannya dengan penuh dosa dan menjadi hinaan masyarakat, akhirnya dengan waktu singkat ia mendapatkan surganya Allah karena keikhlasannya memberikan minuman kepada anjing yang kehausan. Tidak sedikit juga, orang yang merasa baik dan benar dalam beribadah tapi malah mendapatkan murka Allah SWT. Naudzubillahi min dzalik....
Bermacam-macam perbedaan dalam menyikapi hidup, tapi bukan berarti akhir dari hidup juga berbeda atau sebaliknya, tidak semua kesamaan manusia dalam beribadah kepada Allah akan memiliki kesamaan derajatnya dihadapan Allah. Maka, sebagai manusia yang tidak lepas dari kesalahan dalam bermuamalah, beribadah dan beraqidah kita dituntut untuk merendah diri kepada Allah dengan tidak semena-mena kepada orang yang memiliki perbedaan dengan kita, karena pada hakikatnya perbedaan adalah Rahmat dari Allah untuk menyatukan manusia dan saling menghargai satu sama lain alat pencapaiannya.
Semoga Bermanfaat..!!!
No comments:
Post a Comment
Komentar yang sopan dan bijaksana cermin kecerdasan pemiliknya