Sedangkan nilai ibadah seorang hamba di hadapan Alloh ditunjukan dengan ikhlasnya dalam beramal. Tanpa keikhlasan takkan berarti apa-apa amal seorang hamba. Sedekah dengan mewakafkan seluruh harta yang dimiliki, kalau sekedar ingin disebut dermawan, sama sekali tidak bernilai apapun. Bekerja siang malam, bersimbah peluh, berkuah keringat, demi menafkahi anak dan istri, kalau tidak ikhlas, maka tidak ada nilainya di sisi Alloh.
Ceramah agama dengan memberikan nasihat, mengemukakan dalil-dalil, kalau sekedar memamerkan kemampuan berbicara, kemampuan bahasa arab, dan memamerkan banyaknya hafalan Qur’an dan hadits, maka walau sampai berbusa sekalipun, tidak ada nilainya di sisi Alloh.
Sholat sunah berpuluh rakaat setiap hari, kalau sekedar ingin disebut sebagai ahli ibadah, ingin dipuji oleh mertua, pimpinan, maka sholatnya itu hanya sebagai gerakan-gerakan yang tiada arti dan tidak bernilai di hadapan Alloh.
Subhanalloh, sungguh beruntung bagi siapa pun yang amalnya selamat dari tujuan lain selain Alloh, yaitu seorang hamba yang amal-amalnya menjauhi motif-motif duniawi karena diniatkan ikhlas karena Alloh semata. Inilah derajat mukhlisin yaitu derajat hamba yang amal ibadahnya tegak dan kokoh dengan ikatan iman dan dilaksanakan dengan ikhlas. Karena dia menyadari bahwa ikhlas adalah ruh amal yang menunjukkan tegaknya iman.
Imam Ibnu Atho’illah dalam kitabnya Al hikam berujar, “ beraneka jenis amal yang nampak itu adalah karena beraneka ragam keadaan yang datangnya dari dalam hati seorang hamba. Beraneka ragam amal yang nampak itu merupakan kerangka yang tegak, sedang ruhnya adalah wujud rahasia ikhlas yang ada di dalamnya.”
Jelaslah bahwa nilai ibadah seseorang hamba yang dihadapan Alloh ditujukan oleh ikhlasnya dalam beramal. Seorang hamba ahli ikhlas akan dengan sungguh-sungguh berusaha untuk tidak menyertakan kepentingan pribadi ataupun imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi seorang hamba ahli ikhlas hanya satu, yakni bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Alloh Azza wa Jalla. Dengan kata lain, seorang hamba ahli ikhlas akan mengutamakan pandangan Alloh daripada pandangan manusia.
Berbuat amal ibadah bagi seseorang hamba ahli ikhlas adalah dengan menyembunyikannya dari pandangan manusia sebagaimana dia menyembunyikan keburukan-keburukan nya. Bahkan ikhlasnya seorang hamba ahli ikhlas akan nampak bahwa ia tidak melihat terhadap ikhlas itu sendiri. Sebab jikalau ia menyaksikan keikhlasan terhadap ikhlasnya, berarti ikhlasnya tersebut memerlukan keikhlasan lagi, subhanalloh.
Lawan ikhlas adalah isyrak, artinya bercampur dengan yang lain. Ibarat air, ikhlas adalah air bening yang muncul dari mata air pegunungan yang belum tercampuri walau oleh satu titik noktah pun zat lain yang ada di dalamnya. Ikhlas adalah bersih, bening, tanpa campuran sedikitpun. Suatu pekerjaan yang bersih dari maksud lain, maka pekerjaan itu telah dilakukan dengan ikhlas. Amal ibadah yang dilakukan hanya karena Alloh semata, itulah ikhlas.
Untuk menggapai derajat hamba ahli ikhlas, seseorang harus rela mengorbankan segala kepentingan yang sifatnya pribadi yang secara duniawi sepertinya dibutuhkan seperti harta, jabatan, ketenaran, dan lain sebagainya. Karenanya, sikap jujur, tulus, dan lurus, tidak dapat dipisahkan dari ikhlas. Jujur dalam berkata, tulus dalam beramal, lurus dalam berniat adalah buah hati yang ikhlas.
Berkata dusta, lain di bibir lain di hati adalah tanda kemunafikan. Mulutnya berkata, “semua ini saya lakukan karena Alloh…” padahal dalam hatinya bersarang keinginan untuk dipuji, keinginan untuk terkenal, keinginan untuk mendapat penghargaan, dan lain sebagainya. Orang yang berkata lain di bibir lain di hati, inilah golongan pendusta, naudzubillah.
Adapun bagi orang-orang yang telah sampai pada maqam ikhlas, maka keikhlasan ini akan membuat pribadinya lebih tenang, lebih kuat, dan lebih mantap. Keikhlasan menjadi lebih berani, kokoh, tegar, penuh dengan cahaya keindahan.
Sedangkan keikhlasan dalam beramal akan menjadikan amal tersebut terasa nikmat dan mudah, yang pada akhirnya membuat jiwa menjadi merdeka dan tidak diperbudak oleh apapun selain oleh Alloh. Tak dapat dipungkiri, hal ini memang karena ruhnya amal adalah ikhlas. Tanpa keikhlasan akan berat dan sia-sialah setiap amal. Oleh karenanya, keikhlasan adalah satu-satunya jalan pintas menuju ridha dan kasih sayang-Nya.
Rasululloh pernah berkisah, “manusia yangmula-mula akan ditanya di hari kiamat adalah tiga orang; pertama adalah orang yang diberi Alloh ilmu pengetahuan. Pada waktu itu Alloh Azza wa Jalla bertanya,”Apakah yang sudah kamu perbuat dengan ilmu yang engkau ketahui itu?”
Ia menjawab, “Ya Robbi, dengan ilmu hamba itu, hamba bangun di tengah malam (untuk sholat malam), lalu hamba berjaga di tepi siang (untuk mengajarkan ilmu kepada orang yang mendustakannya) .”
Alloh berfirman, “Engkau dusta!”
Malaikat pun berkata, “Engkau dusta!Engkau lakukan semua itu hanyalah supaya engkau disebut seorang alim.”Memang yang demikianlah perkataan orang terhadap dirinya.
Orang kedua adalah seorang laki-laki yang Alloh beri harta kekayaan, maka Alloh bertanya, “Engkau telah kami beri amanah harta, apakah yang sudah engkau perbuat dengan harta itu?”
Ia menjawab, “Ya Robbi, harta benda itu semuanya telah hamba sedekahkan pada tengah malam dan siang hari.”
Alloh berfirman, “Engkau dusta!”
Malaikat pun berkata, “Engkau dusta!” Engkau lakukan semua itu hanyalah supaya engkau dikatakan sebagai seorang dermawan.” Memang yang demikianlah yang dikatakan orang terhadap dirinya.
Orang ketiga adalah laki-laki yang terbunuh dalam perang mempertahankan agama Alloh, maka Alloh bertanya, “Apakah yang telah engkau kerjakan?”
Ia menjawab,”Ya Robbi, Engkau suruh hamba berjihad, maka pergilah ke medan peran, lalu hamba mati terbunuh.”
Alloh pun berkata,”Engkau dusta!”
Dan malaikat pun berkata, “Engkau dusta!Engkau lakukan semua itu hanyalah supaya dikatakan orang bahwa engkau gagah berani.”Memang yang demikianlah perkataan orang terhadap dirinya.
Setelah berkata demikian, “Rasululloh SAW melanjutkan, “Wahai Abu Hurairah, mereka itulah makhluk yang paling pertama merasakan api neraka jahannam di hari kiamat.”
Menjadi jelas kiranya, ternyata bukan perbuatan manusia yang berdusta, tapi tiang tegaknya, yaitu sikap ikhlas dalam amalnya. Bagi seorang hamba ahli ikhlas, apapun yang dilakukannya bebas dari selera rendah, berupa keinginan untuk dihargai, dipuji, dan dihormati. Konsentrasinya seluruh amalnya tertuju hanya kepada Alloh semata.
Wallohu 'alam bi showab
No comments:
Post a Comment
Komentar yang sopan dan bijaksana cermin kecerdasan pemiliknya