from kumpulan Puisi
Aku berjalan menuju pintumu
Lalu kuketuk dengan lembut
“Siapakah di luar ? Temanku atau Kekasihku ?”
tanyamu dari dalam.
“Aku adalah Temanmu”, sahutku
“Ini Aku bawakan cerita masa lalu dan sedikit masa depan kita”
“Mari duduk di sampingku, ceritakanlah semuanya padaku“, pintamu.
Cerita-ceritapun mengalir dengan sederhana
sehingga wajahmu berubah ceria, tiba-tiba sedih
kemudian tertawa lagi untuk menangis kembali
hingga berulang pada akhirnya,
menyisakan pertanyaan di hati akan
kelanjutan sedikit cerita-cerita masa depan.
“Esok aku akan datang kembali”, janjiku
Besoknya aku berjalan kembali menuju pintumu
Lalu kuketuk agak keras.
“Siapa di luar ? Temanku atau Kekasihku ?”
tanyamu seperti kemarin.
“Aku adalah Kekasihmu”, sahutku
“Ini Aku membawa lanjutan panjang cerita-cerita masa depan kita”
“Masuklah dan duduklah di hadapanku, aku sudah tidak sabar mendengarnya”, pintamu.
Ceritaku-ceritakupun mengalir dengan sederhana
Dengan hanya sebaris kata :
“Aku ingin kamu yang menjadi penyempurna dienku”
Kamupun tersenyum lalu menangis
dan berkata : “Besok kamu tidak perlu menuju pintu ini, karena pintu ini telah menjadi milik kita”
Besoknya kita bersama-sama menuju pintu penyempurna
dien karena inilah saatnya seperti cerita-cerita masa depan kita
No comments:
Post a Comment
Komentar yang sopan dan bijaksana cermin kecerdasan pemiliknya