Alih-alih memberi amanah, tapi dianya ikut sibuk mengurus tehnis amanah yang ada di tangan kita
Bagaimana perasaan anda pada posisi demikian ?
Jujur, kalau saya di posisi itu, saya kembalikan saja itu amanah, biar beliau kerja sendiri ... Tidak baik memang, tapi akan semakin berat kalau dilanjutkan. Karena kita tidak akan pernah menemukan kebahagiaan kerja dan susah meningkatkan kualitas diri (Upgrade).
Apa hubungan Antara Kepercayaan Pemimpin dan Kualitas Staf ?
Bagi kita yang sudah terbiasa bergerak dalam sebuah organisasi, tentunya akan sangat terasa hubungan antara kedua hal itu. Seberapa pun profesionalnya sang staf, ketika kepercayaan sang pemimpin tidak maksimal, akan terasa berat amanah itu dijalankan, seperti ada yang mengikat gerak dan langkah. Maka, sikap yang sering terjadi adalah, justru kinerja lamban, menurun bahkan kepercayaan sang pemimpin benar-benar lenyap.
Coba kita bayangkan, ketika sholat berjamaah, setiap akan berpindah gerakan imamnya noleh ke belakang, memperhatikan apakah kita sudah bergerak atau belum atau bila sudah gerak, apakah benar atau tidak. Tidak ada kesempata bagi makmum untuk mencoba berjalan dan mengembangkan diri sendiri untuk menuju tatanan yang benar. Pasti kegiatan sholatnya akan sangat tidak nyaman. Bahkan bisa jadi makmumnya bubar. hahaha
Maka dari itu wahai para pemimpin, bila kalian sudah yakin konsepnya benar, dan juga sudah diajarkan caranya dengan benar. Biarlah kami berusaha melaksanakannya dulu sambil dipantau. Setelah ada hasilnya, silahkan dievaluasi di akhirnya.
Jangan evaluasi di tengah jalan, sungguh tidak bahagia itu rasanya. Dan itu bukan pembelajaran yang baik buat kami. Kalau memang ternyata tidak percaya dengan kinerja kami, tidak usah sekalian amanah itu diberikan. kerjakan saja sendiri.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang sopan dan bijaksana cermin kecerdasan pemiliknya