Do'a selesai belajar telah dibacakan, bel pulang pun ikut berbunyi, sepasang langkah-langkah kecil terdengar keluar pintu kelas dan dengan lincahnya meninggalkan gerbang sekolah.
Saya sendiri masih asik bersila di atas lantai kramik putih salah satu kaki lima gedung sekolah, sambil memandang lepas ke tengah lapangan yang semakin ramai dilalui manusia-manusia kecil berseragam jingga. Ada yang berlalu permisi dengan tersipu malu, ada yang berlari sambil tertawa geli, ada yang asik dengan cerita seharinya dengan ekspresi yang sangat serius, ada yang melambaikan tangan ke arah saya duduk sambil melemparkan sapaan manis dan ramah sambil tetap berlalu dan ada pula tertahan balik ke tengah lapangan melebur dengan yang sedari tadi asik bolak-balik menggiring si benda bulat. Tidak tampak di wajah mereka ingin segera meninggalkan lapangan menuju kendaraan penjemputnya, padahal langit mulai terlihat gelap, tidak hanya efek semakin berlabuhnya sang mentari tetapi juga ada gumpalan gelap yang siap mendarat ke permukaan bumi dengan berjuta-juta rizki sang Pencipta yang menyertainya.
Di tepi lapangan di sudut yang berbeda, beberapa pasang mata tampak cemas memandang ke tengah lapangan sambil terkadang menengadah mengawasi gumbalan gelap di atas sana yang terus bergejolak dan mulai berubah warna menjadi sedikit cerah. Tangan mereka mulai melambai tegang, dengan wajah tergesa-gesa mereka melontarkan sapaan nyaring ke arah lapangan "ayo cepat, nanti keburu hujan lho". Dari tengah lapangan terdengan balasan santai dari salah satu bibir mungil yang tetap sibuk berlari kesana-kemari "Bentar, sedikit lagi" membuat yang di tepi lapangan semakin tegang. Sedang yang di tengah lapangan masih fokus menatap tajam tiang besi berbalut jaring yang terlihat sejuk dan membahagiakan.
Menyaksikan itu, Saya hanya tersenyum dalam hati sambil tetap bertahan dalam posisi yang sedari tadi saya nikmati.
Pikiran mulai mencari-cari berbagai kesimpulan, sebenarnya para atlet cilik ini enggan meninggalkan suasana sekolah ini atau enggan meninggalkan suasana lapangan ini, padahal mereka sudah ada di sekolah ini sejak sang mentari mulai menghangatkan bumi sampai saat ini sang mentari sudah hampir melabuhkan dirinya ke ufuk yang berbeda. Seakan tak mengenal jenuh, lelah dan gelisah untuk segera berjumpa dengan tempat tinggalnya nun jauh di sana.
Ah, jadi malu sendiri saya memikirkannya, terkadang diri ini begitu gelisah berlama-lama disini, jangankan menunggu sang mentari berlabuh, mentari baru manjat menuju puncak saja kegelisahan sudah bagai gunung yang ingin runtuh.
Sedang mereka ..... ah luar biasa kalian nak.
Apa rahasia kalian nak, kok begitu bahagia menikmati keletihan itu ???
No comments:
Post a Comment
Komentar yang sopan dan bijaksana cermin kecerdasan pemiliknya