Bekicot yang Tersesat

Di suatu pagi yang dingin dan basah, hujan turun dengan lembutnya. Hujan yang begitu awet bertahan sejak malam hari tak menyurutkan semangat kaki-kaki kecil untuk tetap menggiring dan menendang si benda bulat ke arah gawang yang tak berjaring.
Terkadang terdengar gelak tawa dari bibir-bibir mungil mereka ketika si benda bulat tertahan di kubangan air, lalu dipaksa dengan tendangan yang diikuti cipratan air yang menghambur bersama lumpur dan pasir yang menambah warna indah di pagi itu.

Di tengah-tengah kehebohan terjadi, seorang anak yang tidak ikut bermain lewat menyebrangi lapangan sekedar ingin lewat ke kamar kecil. Sambil berlari kecil menghindari titik-titik air, tiba-tiba dia terhenti pada sebuah pemandangan kecil di tepi lapangan, lalu dia membungkuk dan memungut benda itu, kemudian meletakkannya di bawah sebuah pohon kecil, kemudian melanjutkan langkahnya dan berlalu. Setelah diamati, ternyata benda kecil itu adalah makhluk hidup kecil yang bergerak sangat lambat yang mungkin kebetulan lewat atau mungkin tersesat menuju arah lapangan permainan si benda bulat.

Mungkin si anak berfikir, apa jadinya bila makhluk kecil itu benar-benar sampai ke tengah lapangan dan terlindas kaki-kaki kecil yang berbobot besar. Atau mungkin tertimpa benda bulat yang menggelinding liar. Atau mungkin terkena tendangan hebat calon atlet-atlet dunia. Tapi terlepas dari itu, sudah pasti itu merupakan tindakan mulia yang muncul dari akhlak terpuji yang dimiliki sang anak untuk memberikan posisi aman kepada sesama makhluk Tuhan.

Ah, semakin indah saja kisah pagi yang indah ini.