Suatu ketika, seorang profesor salah satu bidang keilmuan berhasil menyelesaikan sebuah analisis terhadap suatu permasalahan.
Dalam analisis itu memuat lengkap dimulai dari observasi awal sampai pada bukti-bukti lapangan bagaimana menjalankan solusi dalam menyelesaikan berbagai masalah yang ada.
Tiba waktunya, diumumkanlah ke khalayak menggunakan beberapa media yang ada, termasuk media sosial.
Setelah beberapa hari tersampaikan, mulailah bermunculan berbagai tanggapan dan komentar dari para pembacanya.
Terima kasih Prof
Luar biasa prof, sangat membantu
Ini solusi luar biasa, izin share
Maaf Prof, kalau menurut saya begini
Wah, aneh kok bisa begitu Prof
Kenapa bisa begitu, seharusnya begini
Kalau saran saya begini Prof
Wah Prof aneh, tidak seharusnya begitu
Menurut analisis saya malah begini
Dan masih banyak lagi komentar
Kisah-kisah serupa semakin banyak kita temui di masa saat ini. Terlebih di zaman kecanggihan tehnologi komunikasi saat ini. Orang sudah tidak lagi memandang kelayakan dirinya ketika mengomentari sesuatu yang ditemui dihadapannya. Kadang bisa kita saksikan, ada fatwa seorang ulama ditanggapi oleh orang tidak pernah belajar agama secara khusus, setrategi seorang jendral ditanggapi oleh orang yang tidak paham dunia pertahanan, hasil karya ahli pertanian ditanggapi oleh seorang konsumen tak berpendidikan, dan masih banyak lagi kejadian-kejadian lainnya.
Sehingga yang ada bukanlah diskusi saling mengisi, tapi saling menjatuhkan satu sama lainnya. Bahkan bisa berujung pada penyesatan. Yang lebih menggelitik lagi, para komentartor tidak berkompeten ini muncul dengan prinsip yang kuat, seakan-akan dia paling benar. Ditambah lagi dia memiliki posisi penting dalam sebuah tatanan kekuasaan, dengan segudang media informasi di tangan, maka jadilah penyesatan yang sangat luas terhadap pendapat-pendapat serampangan yang keluar dari lidahnya.
Semoga saja kita tidak termasuk orang-orang jenis tersebut. Semoga kita termasuk orang yang dewasa kondisi, sadar akan posisi dan faham akan kompetensi diri, sehingga mampu menempatkan posisi sesuai porsi yang baik dan seimbang sesuai yang kita miliki. Tidak memaksakan diri pada sesuatu yang hanya didasari keinginan-keinginan tidak berujung dan bertepi. Mampu menahan diri untuk tidak mengomentari sesuatu yang sebenarnya kita tidak memiliki pemahaman mendalam tentang itu, sekalipun kesempatan untuk melakukannya terbuka luas.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang sopan dan bijaksana cermin kecerdasan pemiliknya