Ekspresi kebahagiaan yang dialami Ibu Ani dan ibu-ibu lainnya ketika mendapati anaknya berhasil merupakan sikap yang sangat alamiah yang tidak dapat ditutup-tutupi. Itu adalah wajar, karena anak tidak sekedar "darah daging" semata, akan tetapi juga mewakili moralitas, keprihatinan, intelektualitas, spiritualitas orang tua, terutama adalah Ibu. Karena ibu adalah manusia terdekat dengan sang anak. Apa pun yang dilakukan sang Ibu kepada si anak akan membekas dan menjadi cerminan dirinya.
Rosul saw mengatakan "Syurga berada di bawah telapak kaki ibu". Pernyataan ini memiliki beberapa makna yang salah satunya adalah, sang ibu harus mampu membangun surga itu bagi anak-anaknya di masa depan.
Ibu adalah pembangun pendidikan pertama untuk anak-anaknya, dia adalah pendidik yang tidak sekedar memindahkan ilmu, akan tetapi juga sebagai pembentuk kepribadian, kecerdasan, moralitas, mentalitas dan sebagainya.
Siapa yang tidak kenal Thomas Alfa Edison, sang penemu listrik. Seorang anak yang dicap tidak mampu di sekolah, namun dengan didikan sang ibu dia bisa menjadi manusia luar biasa. Dalam dunia Islam, ada Muhyidin Ibnu Arabi,seorang Ulama ahli Filsafat dan Tasawuf. Mengapa dia bisa menjadi Syeikh Besar dimasanya, ternyata dia dibesarkan di lingkungan orang-orang intelek, siapa mereka, Ibunya.
Masih banyak lagi bukti-bukti yang dapat disaksikan. Sehingga,yang perlu dilakukan untuk mendapatkan anak yang cerdas adalah diawali dari "Ibu cerdas", sehingga dia paham bagaimana melahirkan generasi cerdas. Jangan sampai kelak ada pernyataan penyalahan terhadap kegagalan sang anak, karena hal itu terjadi diawali dari lingkungan terdekat yang mendidik sang anak.
Nah, ayo kita lahirkan dulu diri-diri kita menjadi orang tua cerdas, terutama Ibu cerdas.
Sumber : Buku Mencerdaskan Anak karya Suharsono
No comments:
Post a Comment
Komentar yang sopan dan bijaksana cermin kecerdasan pemiliknya