Kegiatan Sholat Ashar baru saja selesai, termasuk rangkaian kegiatan wirid sorenya. Para santri langsung bertebaran ke lokasi piket kebersihannya masing-masing, sebagai rutinitas yang sudah biasa mereka lakukan sehari-hari.
Langit terlihat semakin gelap, dengan barisan mendung kelabu yang semakin pekat. Sebenarnya sejak pagi langit memang tidak secerah biasanya, hampir seharian cahaya mentari tertutup lapisan awan abu-abu cerah yang tersebar memenuhi semua permukaan langit. Namun, kali ini berbeda, awannya bergerak diikuti suara gemuruh yang semakin dekat, ditampah hembusan angin kencang yang sempat menerbangkan karung sampah bermuatan milik para santri.
"Hujan ... Hujan ... Hujan ... Yeeee ..."
Para santri pun buyar dari posisinya masing-masing, ada yang segera menyimpun hasil pendapatannya ke tong-tong sampah terdekat, ada yang segera berteduh ke gazebo, dan ada yang berlari ke lapangan bola masih dengan sarung plus kopiahnya.
Hujannya sangat deras, ditambah angin yang sanggup membuat pepohonan sibuk mempertahankan posisi tegaknya, walau pun akhirnya ikut terdorong dengan arah dan irama yang sama. Namun, keadaan itu tidak berlangsung lama, dan segera mereka meninggalkan gemuruh dan guntur yang masih kuat menggelegar, ditambah genangan air yang cukup tinggi walau terbilang singkat sang hujan beraksi.
Bersamaan dengan berakhirnya guyuran hujan, santri TPA yang belajar di ruangan pun berhambur keluar, menandakan kegiatan sudah berakhir.
"Tok ... Tok ... Tok ... Assalamu'alaikum Abii ..."
Terdengar salam dari pintu depan, diikuti kehebohan orang yang ramai-ramai masuk pintu.
"Wa'alaikum Salam ... "
Jawabku sambil menyingkap gorden, untuk memastikan siapa yang datang. Tenyata putri-putriku baru balik dari kegiatan TPA bersama gurunya.
"Abii ... Abii ... Tadi hujan apa ?
Tiba-tiba salah satu putriku bertanya dengan wajah penuh keheranan tanpa sempat meletakkan perlengkapan belajarnya.
"Hujan air .. " jawabku sekenanya, sambil membenarkan posisi jendela yang masih dilewati air hujan barusan.
"Ish Abii .. memang hujannya air, tapi bukan itu, anu apa itu tadi ya?" Sambungnya sambil menampakkan wajah kesalnya yang membuat semakin gemes terlihat.
"Hujan deras ya ?, Air semuakan, eh ada anginnya juga ya?" Tambahku lagi, semakin membuat dianya sebel dengan memperlihatkan ekspresi khasnya.
"Hujannya itu lho tadi waktu di sana lama, tapi sampai sini kok sebentar, hujan apa itu?" Dia pun menambahkan sederet pertanyaan yang membuat diriku pun harus mempersiapkan jawaban yang memerlukan daya nalar yang perkiraan bisa difahami
"Owh, itu namanya hujan deras sebentar, hujanya deras tapi tidak lama, kenapa ?" Jawabku dengan menampilkan wajah sedikit serius
"Kenapa cuma sebentar sich, kamikan mau main hujan" jawabnya dengan menampilkan wajah kecewa.
"Ya ... Nanti lagi lah, kalau hujannya deras lama" jawabku sambil menghibur.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang sopan dan bijaksana cermin kecerdasan pemiliknya