"Sekalipun akan sibuk, namun akan tetap nyaman rasanya hari ini, harinya cerah tapi sejuk ..." pikirku sambil melangkah pelan keluar dari masjid dan langsung keliling melihat-lihat kerjaan benah-benah taman rumah yang masih berproses.
"Oh iya, inikan hari Jum'at, tidak ada jadwal ngantor maupun ngajar di kelas, berarti bisa lanjut selesaikan pembenahan taman dan beberapa sudut rumah, supaya nyaman dipandang" tiba-tiba seperti ada alarm pengingat yang muncul di pikiran bahwa memang hari ini jadwalnya kerjanya di luar ruangan.
Akhirnya, kupercepat langkah menuju rumah dan segera berganti kostum kerja, mempersiapakan alat-alat yang akan digunakan. Sengaja turun lebih awal dengan pertimbangan bahwa ketika nanti cahaya matahari sudah terik, kerjaan sudah selesai sesuai target minimal hari ini.
Mulailah kusibukkan diri kesana-kemari, merapikan tumpukan batako yang belum terpasang pada posisi, mengaduk semen dan memposisikan beberapa material yang akan disemen sambil berfikir bagaimana desain taman atau kebun mini yang akan dibuat.
"Om lagi ngapain Om ?" tanya si kecil Alpi yang tiba-tiba muncul entah dari mana, karena dari tadi kuperhatikan tidak ada orang di sekitar tempat kerja.
"Lagi buat tempat tanaman, Alpi mau bantu?" tanyaku tanpa memperhatikan apakah dia dengar apa tidak jawaban sekaligus pertanyaanku.
"Memang Om mau tanam apa di sini?" tanyanya lagi, ternyata benar, dia dengar jawabanku tapi tidak menanggapi pertanyyannku tadi.
"Mau tanam Bunga, sayur, pohon buah dan banyak lagi Pi" jawabku sambil kualihkan perhatian yang tadi tidak kulakukan.
"Memang muat Om, tempatnya kan kecil" Jawabnya sambil sibuk juga ikut angkat-angkat batu bata yang terlihat sekali kalau sebenarnya dia tidak sanggup mengangkatnya.
"Coba Om tanam saja tanaman yang ada bunganya, terus ada kucingnya terus ada lagi lainnya" tiba-tiba dia ngajukan usul imajinatif yang entah kapan terfikirnya.
"Memang alpi pernah lihat dimana pohon gituan, Om mau donk" jawabku dengan sedikit pasang wajah serius dan sengaja kuarahkan pandangan ke wajahnya.
Sepertinya dia merasa jadi pusat perhatian dan langsung senyum-senyum simpul "Ah Om, itukan cuma cerita saya saja, masa Om percaya" jawabnya sambil ngelewos pura-pura garuk-garuk pasir pakai cangkul yang tidak kuat dia angkat.
"Lho, tadikan Alpi yang ngomong, berarti Alpi pernah lihat pohon itu, Om kan jadi pengen tanam juga" jawabku dengan sedikit menggoda.
"Ish Om ini, itukan cuma cerita Om" jawabnya kemudian berlalu menjauh, mungkin menghindari pertanyaan lanjutan. Lalu menghilang entah kemana.
Aku jadi senyum-senyum sendiri sambil terus melanjutkan kerjaan, ini kesekian kalinya kudapati anak-anak dengan imajinsi tinggi dan berani mengungkapkan tanpa perlu trik-trik khusus untuk memancing dia bercerita. Kebanyakan anak-anak lain hanya melihat sesuatu sesuai apa yang dilihatnya dan mengungkapkan dengan bahasa yang seminimal mungkin. Mudah-mudahan guru dan orang tuamu mampu menangkap potensimu Nak, dan mampu mengarahkannya menjadi sesuatu keahlian yang bermanfaat bagi masa depanmu.
Teringat beberapa anak-anak yang pernah kujumpai dengan postensi serupa, sekarang sudah mampu mengembangkannya untuk kepentingan Dakwah dan Siar kebaikan, ada yang dalam bentuk olahan Literasi dan ada yang dalam bentuk Olahan grafis. Walaupun kebanyakan anak seperti ini punya keaktifan di atas rata-rata temannya, yang kadang menguji kesabaran tingkat tinggi para pendidiknya hehe ... Semoga si Alpi kecil juga nantinya bisa sukses sebagaimana teman-teman dengan keunikan seperti dirinya, Aamiin.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang sopan dan bijaksana cermin kecerdasan pemiliknya