Assalamu'alaikum ... Selamat Datang ... Semoga Blog Ini Bisa Memberi Manfaat ... Jangan Bosan Untuk Kembali lagi ^_^

Friday, April 30, 2021

TERCEBUR LAIL

Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya
Padahal tidak ada hujan sejak setelah Isya
Para santri kecil masih pada posisi masing-masing
Berselimut sarung yang menutupi hampir seluruh badan
Bahkan ada yang hanya terlihat seperti gembolan dalam sarung 
 
" Tok ... tok ... tok, Sholatul lail ... Sholatul lail ..." terdengar suara kakak-kakak dari kamar sebelah mulai mengetok dan membangunkan.
Beberapa santri hanya merubah posisi saja, dari rebahan menjadi duduk tertunduk tanpa memperlihatkan tanda-tanda kehidupan. Bahkan ada yang hanya merubah hadapan dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
"Perasaan baru aja tidur ..." gerutu salah satu santri, padahal jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari.
"Tok ... tok ... tok ... ayo bangun, buka pintunya" terdengar lagi suara itu, kali ini lebih nyaring dari yang pertama.
 
Seorang santri yang terbilang paling besar akhirnya bangkit, sambil terhuyung-huyung memungut sarung, baju gamis dan kopiahnya, kemudian ketiga benda itu dipeluknya dan segera membuka pintu, lalu keluar dan duduk menunggu yang lain di kursi luar sambil melanjutkan tidur dalam posisi duduk khusu'.
 
"Ayo bangun cepat, nanti kita kesiangan, tidak sempat dapat 11 Rakaat" kata kakak yang sudah bisa masuk mulai mengobrak-abrik barisan cantik berkemul sarung kotak-kotak.
Akhirnya satu persatu santri yang kebanyakan masih SD itu bangun dengan style seperti yang pertama bangun, memeluk sarung-gamis-kopiah, lalu mulai jalan satu persatu keluar kamar seperti barisan mentok yang berjalan bergeol-geol, bahkan lebih mirip orang mabuk yang berjalan tidak stabil. Yang terlalu kecil biasanya digendong sama kakak-kakak seniornya. Akhirnya semua berjalan menuju Masjid yang berjarak hampir 150 m dari lokasi asrama. 
 
Karena masih gelap dan sebagian lampu beranda asrama ada padam, kaki pun melangkah dengan penuh kewaspadaan, khawatir salah injak atau masuk lubang dari lantai yang rusak.
Byur ... tiba-tiba ada suara yang mengejutkan dari barisan paling depan, perasaan posisi kolam ikan agak jauh ke samping jalan utama, kok ada acara "Kecebur lail" sih.
Akhirnya, barisan yang tadi terlihat seperti barisan orang mabuk mendadak sehat dan lincah seperti barisan para murid pencak silat, lompat dan cekatan mencari sumber suara untuk melihat kondisi.
Ternyata, tanpa disadari kondisi pondok sedang banjir, sepertinya banjir kiriman yang sering lewat kalau lagi musim hujan. 
 
Ternyata suara tadi berasal dari teman terdepan yang menginjak sebuah papan terapung yang disangka jembatan turunan dari lantai asrama, alhasil dianya jatuh terpelesat ibarat menginjak papan sky dan duduk cantik di genangan air yang merendam badan sampai setinggi dada dalam posisi duduk.
Akhirnya suara riuh tawa terdengar menggelegar dari barisan yang tadi di belakang namun sudah berkerumun ke depan. Kakak-kakak yang tadi pada menggendong santri kecil langsung cekatan menolong yang terjatuh. Dan kantuk kami yang tadi serasa 1 ton beratnya menggantung di kepala dan kelopak mata langsung lenyap entah kemana. Dan langsung ramai-ramai turun ke genangan air.
Sekedar diketahui, kondisi banjir bagi anak-anak seumuran kami adalah kondisi paling menyenangkan. Karena sudah terbayang esok hari, kampus pondok bakal jadi kolam renang super besar yang akan dikunjungi anak-anak sekampung dengan membawa berbagai peralatan renangnya, mulai dari ember, baskom, panci, jerigen kosong bahkan drum besar.
==================
*Kisah nyata yang ditulis ulang
Lokasi : pesantren Hidayatullah, Desa Makbusun, Kab. Sorong, Irian Jaya / Sebelum ganti nama jadi Papua
Editior : @taqin04

No comments:

Post a Comment

Komentar yang sopan dan bijaksana cermin kecerdasan pemiliknya