Contoh nyatanya adalah, sejak terkena dampak krisis moneter beberapa tahun belakangan, hingga kini negeri kita belum juga pulih dari sakitnya, padahal negara-negara tetangga tidak memerlukan waktu yang lama untuk memulihkan diri. Sebagai anak negeri yang masih memiliki rasa cinta tentunya, kita tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi. Sekalipun kita menyadari bahwa untuk mengubah suatu keadaan seperti itu kita tidak memiliki kompetensi dan kemampuan yang mumpuni. Tapi setidaknya kita masih memiliki sedikit kemampuan yang ada untuk bisa berbuat semampu yang kita miliki. Bukankah Tuhan menciptakan setiap makhluknya memilki kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Kalau tiba-tiba ada muncul pertanyaan, “Apa yang bisa saya lakukan untuk Negeri ini ?”, jawabanya tentu banyak yang bisa saya lakukan, walaupun hal itu hanya memiliki orientasi yang sangat kecil, namun bisa jadi itu merupakan hal yang mendasar. Baik, akan saya mulai dengan analisis kecil-kecilan yang pernah dan sering saya lakukan terhadap perkembangan negeri ini. Kalau kita perhatikan dengan seksama bagaimana keadaan negeri kita ini, tampak ada ketidakmerataan pola pikir, orientasi, pemahaman, visi dan misi antara pemimpin tingkat satu dengan pemimpin tingkat dua, antara pemimpin tingkat dua dengan pemimpin tingkat tiga, dan seterusnya. Yang mana hal itu mengakibatkan ketidaksingkronan antara opini yang dimiliki pemerintah dengan pemahaman masyarakat terhadap opini tersebut. Sungguh merupakan suatu hal yang lucu bila pemerintah kita begitu mengelu-elukan Demokrasi dan Reformasi sementara tidak semua masyarakat paham akan hal itu. Parahnya lagi, aparatur pemerintah pada tingkat bawah yang berkecimpung langsung di tengah-tengah masyarakat juga mengalami ketidakpahaman yang sama dengan masyarakatnya.
Sebenarnya kalau boleh menilai, hal itu terjadi disebabkan oleh faktor pendidikan yang tidak begitu mewarnai kehidupan masyarakat kita. Mengapa ?, karena sejak awal perkembangan negeri ini pendidikan tidak menjadi prioritas utama, kalau tidak kedua, ketiga, entah urutan yang keberapa terdamparnya. Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh beberapa negara tetangga kita yang menjadikan pendidikan sebagai prioritas pertama. Mereka membangun sekolah-sekolah bagus dengan biaya belajar ditekan seminimal mungkin, namun kualitas pendidikannya bertaraf internasional, sehingga kita bisa lihat kenyataan sekarang bahwa peringkat mereka dalam dunia pendidikan berada di atas negeri kita. Sungguh keadaan yang ironis, padahal beberapa tahun lalu mereka masih menuntut ilmu di negeri kita. Dari kenyataan tersebut setidaknya kita bisa mengambil sebuah pelajaran penting bahwa bagaimana pun juga pendidikan harus selalu nomor satu. Karena faktor yang satu ini yang akan memperkuat kemampuan berfikir setiap orang, sehingga opini apapun yang dilemparkan pemerintah akan dengan mudah dipahami masyarakat. Dan singkronisasi opini pun akan mudah dicapai, yang akan membuahkan masyarakat cerdas dan berkualitas yang mampu menerjemaskan setiap visi dan misi pemimpinnya.
Sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan, walaupun berskala kecil, yang penting seberapa kita mampu menyumbangkannya. Bukankah hal besar itu dimulai dari hal yang kecil dulu. Baik, sekarang kita lihat apa yang bisa kita lakukan :
Pertama, Menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan. Sebenarnya hal ini bisa dilakukan oleh semua orang, apalagi para bloger yang didominasi oleh kaum intelektual, tentunya hal ini sudah menjadi visi hidup. Bagaimana caranya ?, jawabannya tentu sangat beragam, bukankah banyak jalan menuju Roma, tergantung strategi apa yang mau kita gunakan. Saya rasa sebagian di antara kita sudah ada yang melaksanakannya, walaupun orientasinya hanya dilingkungan keluarga, tetangga se-gang, dan juga kalau terpenuhi bisa satu RT. Setidak-tidaknya mereka bisa menyadari kalau tidak berpendidikan itu akan mempersulit keberlangsungan hidup bermasyarakat, sehingga mereka akan memacu generasi penerusnya untuk menuntut ilmu.
Kedua, Berperan langsung dalam program pendidikan. Tugas yang satu ini bukan hanya tugas guru, tapi juga semua pihak. Baik kita sebagai pemimpin, aparat amaupun masyarakat terlebih sebagai orang tua. Pendidikan seorang anak bisa benar-benar sukses manakala pendidikan di rumahnya berjalan baik, adapun sekolah itu hanya berfungsi sebagai pengarah dan penajam bakat yang dimiliki si anak. Sehingga di sini ada semacam kewajiban bagi setiap orang untuk menjadi orang tua yang cerdas berilmu dengan harapan, nantinya dari merekalah akan ditelorkan generasi-generasi yang cerdas dan berkualitas.
Ketiga, Menjadi mediator bagi mereka yang tidak mampu. Banyak orang tua memberhentikan anaknya dari bangku sekolah dengan alasan tidak mempu membayar biayanaya. Sunggauh ironis bukan, dimana saat ini beasiswa-beasiswa, subsidi-subsidi dan sebagainya bertebaran dimana-mana. Sebenarnya bukan mereka tidak mau, tapi hanya karena mereka tidak tahu akan hal itu. Sudah menjadi kewajiban bagi kita yang tahu akan hal itu untuk menjadi mediator bagi mereka dan mengajarkan kepada mereka bagaimana cara mendapatkan bantuan-bantuan seperti itu.
Saya rasa, tiga poin tersebut apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sudah merupakan hal luar biasa yang dapat kita lakukakan sebagai bentuk permulaan yang baik untuk mengantar terbentuknya sebuah visi besar bangsa. Memang bila dilihat sekilas, tiga poin tersebut merupakan hal-hal sepele yang dapat dilakukan oleh semua orang. Tapi jangan salah, sangking sepelenya jarang ada yang mau terlibat dalam ketiga kegiatan tersebut. Ibarat kita diberi tugas untuk membersihkan semut yang berada di lapangan Badminton, ringan dan mudah memang bila sekedar dinilai, tapi coba dijalankan, maka akan terasa benar siapa yang memiliki niat sungguh-sungguh dan siapa yang hanya pintar memproduksi program.
Semangat untuk negeri.
wah bagus juga nih 3 tipsnya.. pemerintah semoga bisa mendengar suara masyarakat blogger...
ReplyDelete