Assalamu'alaikum ... Selamat Datang ... Semoga Blog Ini Bisa Memberi Manfaat ... Jangan Bosan Untuk Kembali lagi ^_^

Monday, July 7, 2014

Puasa Manusia atau Puasa Binatang

Puasa seperti apa yang kita pahami selama ini ? Tentu tentang pemahaman puasa hampir sebagian besar kaum muslimin memiliki pemahaman yang sama. Namun pada aplikasinya sangat beragam. Ketika Jurnal Taqin jalan-jalan ke Hidayatullah.com, ada tulisan yang cukup menarik untuk ditelaah. Selamat membaca ;

Sejumlah ular piton dapat bertahan hidup hingga satu tahun setelah memangsa buruan besar sebelum melahap mangsa berikutnya. Di dunia ikan, salmon termasuk yang cukup tenar dalam hal ‘puasanya’ Agar Tidak Seperti Puasa Binatang… Terkait

SESUNGGUHNYA, jika puasa diartikan sekedar tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan aktifitas jasmani lain selama sekian jam, maka tidak ada yang istimewa dengan puasa. Mengapa? Karena tubuh kita sejak bayi hingga tumbuh menjadi anak-anak dan dewasa sudah terbiasa berpuasa seperti itu. Benarkah demikian?

Semua manusia selalu “berpuasa”

Dalam kamus asal-usul kata bahasa Inggris (kamus etymology), kata “breakfast” yang berarti sarapan diketahui sudah ada sejak abad ke-15. Kata “breakfast” merupakan gabungan dari kata “break” (kata kerja) dan “fast” (kata benda). Dalam bahasa Inggris, “to break” artinya menghentikan (berbuka), sedangkan “fast” bermakna puasa. Jadi secara harfiah, menurut Farlex Trivia Dictionary 2011, “breakfast” yang berarti sarapan secara harfiah memiliki arti “breaking the fast”, yakni berbuka dari puasa yang telah dilakukan sepanjang malam, yakni di saat tidur.

piton Ketika tidur, manusia usia berapa pun, sehat ataupun sakit, sudah pasti tidak melakukan aktifitas makan, minum, maupun kegiatan lain selain tidur. Dengan kata lain mereka “puasa tidak makan dan minum” selama tidur malam. Oleh karenanya, ketika bangun pagi lalu sarapan, maka sarapan itu disebut sebagai “breakfast”, yakni berbuka puasa (“break”). “Breakfast” (sarapan) itulah kegiatan makan minum yang pertama kali dilakukan pasca tidur sekian jam tanpa makan dan minum alias puasa (“fast”).

Sungguh, jika puasa hanyalah bagian dari kehidupan yang dijalani manusia tanpa makan, minum, serta tanpa melakukan kegiatan fisik yang membatalkan puasa, maka semua manusia di bumi ini, dari ras mana pun dan agama mana pun, sudah dan selalu melakukannya setiap hari, sejak bayi hingga dewasa dan meninggal dunia. Tidak ada yang istimewa. Mereka semua melakukan puasa seperti itu ketika tidur, dan berbuka saat bangun dan sarapan.

Puasa binatang lebih hebat

Dilihat dari tingkat kesulitan fisik serta lama puasa, maka puasanya manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan puasa di dunia satwa. Tidak ada yang dapat dibanggakan. Sebut saja kutu dan kecoak yang mewakili dunia serangga. Kecoak mampu tetap hidup tanpa minum hingga dua minggu dan tanpa makan hingga sebulan penuh. Lebih dahsyat lagi adalah kutu, yang setelah kenyang menghisap darah inangnya, mampu bertahan hidup tanpa makan hingga dua tahun.

Di dunia mamalia, beruang dan unta adalah contoh hewan yang mampu ‘berpuasa’ secara ekstrim, dalam lingkungan ekstrim pula. Beruang Hitam Amerika mampu bertahan hidup selama hibernasi (tidur di musim dingin) hingga 100 hari tanpa makan, minum, tanpa mengeluarkan kotoran, dan bahkan tanpa mengubah posisi tidur mereka. Unta pun tak kalah tangguhnya. Cuaca gurun pasir sangatlah ekstrim, suhunya dapat mencapai lebih dari 37 derajat selsius di siang hari, dan turun hingga di bawah nol di malam hari. Namun ini bukan masalah bagi unta. Dalam kelangkaan makanan dan air, unta mampu bertahan hidup selama seminggu atau lebih tanpa air, serta selama beberapa bulan tanpa makanan.

 Kura-kura, buaya, dan ular adalah tiga contoh sang ‘juara puasa’ dari kalangan reptil. Kura-kura Galapagos mampu bertahan hidup di musim kering, panas dan lembab di kepulauan Galápagos hingga satu tahun tanpa makan dan minum. Hewan ini memakan makanan yang tidak perlu diairi rutin seperti kaktus, buah, rumput, dan dedaunan. Tubuhnya mampu menyimpan makanan dan air dengan sangat baik. Demikian pula dengan buaya. Diantara masa perburuannya, buaya mampu bertahan tanpa makan selama berbulan-bulan. Beberapa diantaranya bahkan diketahui mampu terus hidup selama setahun penuh tanpa makan ataupun minum. Hal yang sama berlaku pada ular, sebut saja piton.

Sejumlah ular piton dapat bertahan hidup hingga satu tahun setelah memangsa buruan besar sebelum melahap mangsa berikutnya. Di dunia ikan, salmon termasuk yang cukup tenar dalam hal ‘puasanya’. Salmon menghabiskan sebagian besar masa dewasanya di lautan Pasifik dan Atlantik. Saat mencapai usia kawin, salmon melakukan perjalanan kembali ke tempat lahirnya untuk bertelur dan membuahi telur di situ. Saat mengembara ratusan hingga ribuan kilometer melawan arus sungai ini, salmon tidak makan sama sekali hingga sembilan bulan.

Masih banyak lagi sebenarnya contoh hewan, bahkan tumbuhan dan mikroorganisme, yang mampu ‘berpuasa’ dengan rentang waktu lebih lama dan kondisi yang jauh lebih sulit dibandingkan manusia. Jika dibandingkan dengan makhluk hidup tersebut, maka rentang waktu maupun kondisi ekstrim yang dialami manusia saat berpuasa tidaklah ada apa-apanya. Tidak ada yang istimewa dengan puasa manusia.

Istimewanya puasa manusia

Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya kaum muslimin diwajibkan berpuasa. Bahkan ada ayat khusus dan terperinci mengenai syariat puasa Ramadhan ini. Belum lagi hadits-hadits Nabi Muhammad, yang banyak sekali, yang menjadi dalil maupun tuntunan kaum muslimin dalam berpuasa, khususnya di bulan Ramadhan. Beberapa di antaranya adalah:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
(QS: Al Baqarah, 2:183)

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan mengamalkannya maka Allah sudah tidak lagi memerlukan dia meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda: “Barangsiapa yang menghidupkan malam Qadar -dengan ketaatan- karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. Dan barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari)

Allah berfirman, “Semua amal anak Adam baginya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang kalian sedang menjalani puasa janganlah dia berkata-kata kotor dan berteriak-teriak. Apabila ada orang yang mencaci atau memeranginya hendaklah dia katakan, ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa.’…” (HR. Bukhari)

Dari ayat Al Qur’an dan hadits tersebut, sudah cukup menjadi bukti bahwa istimewanya puasa Ramadhan dikarenakan ibadah ini menekankan aktifitas selama keadaan terjaga dan bukan ketika tidur. Puasa Ramadhan tidak hanya sekedar aktifitas jasmani berupa tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa saja. Tapi ada sisi pikiran, kejiwaan, dan perilaku yang perlu disiapkan menjelang puasa, dijaga selama berpuasa, dan diraih serta dipertahankan setelah puasa Ramadhan berakhir. Bahkan prestasi ini perlu ditingkatkan. Inilah yang membedakan, dan mengistimewakan puasa Ramadhan dari puasa hewan dan puasa manusia yang umumnya mereka lakukan ketika tidur.

Keimanan merupakan kondisi kejiwaan, pemikiran dan akal yang prima yang perlu dipersiapkan menjelang Ramadhan tiba. Selama Ramadhan, saat sedang dalam keadaan terjaga, orang-orang yang berpuasa dianjurkan selalu menjaga niat yang ikhlash, mengharap pahala Allah semata, memelihara pikiran dari pengaruh buruk di sekeliling, dan mempertahankan akhlak yang baik dari segala cobaan yang sulit.

Kaum muslimin juga diarahkan agar memiliki target dan hasil tertinggi dari aktifitas puasa Ramadhan yang dilakukan, yakni menjadi manusia yang bertakwa dan diampuni dosa-dosanya. Inilah yang sepatutnya dilakukan manusia, agar puasanya istimewa, dan bukan seperti puasa manusia umumnya, apalagi puasanya binatang. Wallaahu a’lam.

Oleh: Dr. rer. nat. Catur Sriherwanto
Sumber : http://www.hidayatullah.com/ramadhan/mutiara-ramadhan/read/2014/07/04/24554/agar-tidak-seperti-puasa-binatang.html

No comments:

Post a Comment

Komentar yang sopan dan bijaksana cermin kecerdasan pemiliknya